Di antara sedikit tangan lembut yang menyentuh kami adalah gadis itu.Â
Jessica menyayangi para bunga. Ia selalu tersenyum dan memuji warna-warna kami yang berbeda.Â
"Hi flowers..."Â sapanya setiap datang.
"It's look like a paradise!
and i hear you sing about peace and love..." katanya lagi penuh takjub.
Nah, adakah hati yang tak tersipu mendengar pujian ini? Bahkan kami tak sanggup melupakan gadis sebaik dirinya.
Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya, kami menjalin persahabatan. Ya, antara seorang gadis dan bunga-bunga liar yang tumbuh dimana-mana.
Suatu hari, sebelum burung-burung walet pulang ke sarang, Jessica datang dengan muka lesu. Ia kusut dan tertunduk, duduk di tengah-tengah kami.
"Kakekku telah tiada untuk kedua kalinya," katanya dengan sepasang air mata di pipi.
"Apa maksudmu?" tanya bunga lavender ungu. Kami semua menunggu jawaban dengan rasa penasaran.
"Tuan Adrian telah tewas di ruang kerjanya. Seseorang telah meracuni kopinya..."