Lorong yang dilewatinya terasa begitu panjang. Putri Tea tak ingin rencananya gagal. Ia tak sanggup menyaksikankan kebahagiaan Putri Ilena sekali lagi.Â
Mata Putri Tea semakin tajam saja. Ditatapnya gaun biru yang baru selesai dikerjakan penjahit istana. Terpajang anggun membungkus patung gaun di sisi kamar dekat jendela.Â
Putri Ilena pasti akan sangat cantik memakai gaun ini nanti, pikirnya. Balgawn biru tua itu sangatlah menawan. Hari jadi Putri Ilena dipastikan bertambah istimewa.
Apakah sebaiknya aku minta dibuatkan gaun serupa?Â
Ah, tidak perlu. Secantik apapun gaun yang membalut tubuhnya, Baginda Raja akan tetap lebih menyayangi Putri Ilena. Ia adalah putri pemberani calon pewaris tahta kerajaan. Suka mengulurkan tangan kepada rakyat. Mencintai mereka sepenuhnya.
*
Khaylila menutup buku yang belum habis dibacanya. Menyimpan perlahan ke dalam laci meja di sisi tempat tidur. Lalu kembali bersandar pada tumpukan bantal.
Rasa sakit di kepalanya, sudah mulai terasa berkurang. Begitu pula demam yang sempat membuat Bunda panik. Kulitnya tidak lagi terasa perih seperti tadi. Ia harus banyak istirahat, pesan Bunda setelah.memberinya obat.
Sebenarnya Khaylila mempunyai seorang adik perempuan bernama Arumi. Usia keduanya hanya terpaut tiga tahun.Â
Ia bersyukur, Bunda banyak meluangkan waktu dan memberi pengertian tentang apapun.Â
Memang, yang paling dihindari dan ditakuti adalah kecemburuan serta pertengkaran sesama saudara. Akan jadi apa keluarga ini nanti, bila terus menebar kebencian.