Hubungan cinta dua insan beda kasta ataupun status sosial, terjadi sejak zaman Romawi sampai hari ini. Tetapi, perasaan cinta yang menggelora dan berapi-api, tak akan padam hanya tanpa restu kedua orang tua.Â
Karena alasan inilah, Maudy mengangguk saat Ken menyanggupi persyaratan yang diajukan papa Arga, papanya Maudy. Mereka harus berjuang agar cinta ini bisa bersatu.
Sebagai pemuda dari keluarga biasa, Ken cukup bermental baja untuk menghadapi penolakan sekaligus penghinaan dari papa Arga. Apalagi gadis yang dia pilih, memang sangat layak untuk diperjuangkan.
Maudy adalah gadis yang teramat cantik, lembut dan keibuan. Ken sangat meyakini, wanita seperti inilah yang pantas menjadi ibu dari anak-anaknya kelak. Dia pun akan hidup bahagia bersama istri yang setia dan penyayang seperti Maudy.
Sesederhana itu cara berpikir orang yang sedang mabuk cinta. Maudy pun, menolak jodoh yang dipilihkan papa Arga dan lebih memilih Ken. Menurutnya Ken adalah laki-laki romantis dan sangat bertanggung jawab. Maudy nyaman dengan Ken.
"Baiklah. Kalau kau benar-benar mencintai putri saya, kau bisa menikahi dia asal..." kata papa Arga dengan sorot mata tajam.
"Asal apa, Pa?" sambut Maudy harap-harap cemas.
"Asal Ken bisa membeli satu unit hunian vertikal di jalan Sudirman. Sebab saya tidak mau Maudy hidup susah, tinggal di rumah kontrakan bla bla bla..." tandas papa Arga.
"Tapi Pa, Maudy nggak suka tinggal di apartemen..." sanggah Maudy bermaksud untuk menyelamatkan Ken.
"Darling, itu masalah kecil. Kita bisa atasi itu nanti," jawab pria itu lalu membalikkan badan, masuk ke dalam istananya.