Sekalipun menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Samarinda termasuk daerah dengan curah hujan normal tinggi, bila dalam dua minggu berturut-turut tak turun hujan deras, pihak terkait merasa sangat khawatir.
- rusaknya ekosistem tumbuhan dan hewan, lebih-lebih satwa langka seperti orang utan
- pohon-pohon menjadi mati dan tidak dapat menyimpan cadangan air hukan. Ini memicu longsor dan banjir
- mencemari udara dalam skala luas dan menyebabkan penyakit pernafasan ISPA
- pemanasan global yang berpengaruh pada perubahan iklim
Hutan, merupakan paru-paru dunia. Indonesia sendiri menyumbang 72 % produksi oksigen; dan 44 % di antaranya menjadi "tanggung jawab" Kaltim.Â
Luas hutan Kaltim (2015) sekitar 8.339.151 hektar, meliputi 6 Â jenis hutan:Â
- hutan lindung
- hutan suaka alam dan wisata
- hutan produksi terbatas
- hutan produksi tetap
- hutan produksi yang dapat dikonversi
- hutan pendidikan/penelitian
Fungsi lainnya, hutan untuk produksi kayu bulat maupun kayu olahan. Sektor ini dapat diandalkan dari kawasan hutan terluas yaitu kabupaten Kutai Timur seluas 2.097.921 ha.
Hal ini tidak lepas dari pembentukan hutan HPH, HTI, dan Program reboisasi maupun rehabilitasi lahan hutan.
Nah, dari aspek ini saja, tidak mengherankan bila kemarau dan kebakaran hutan yang datangnya bersamaan, menjadi perhatian segenap aparat.
- Tidak membuka lahan pertanian dengan cara membakarÂ
- Tidak membuang puntung rokok pada rumput, semak kering di lokasi yang rawan terbakar
- Memastikan apakah api telah benar-benar padam setelah melakukan aktivitas pembakaran
- Melapor pada petugas saat menemukan tanda asap/adanya lahan terbakar
- Bergabung sebagai polhut yang saat ini jumlahnya masih sedikit
Kita wajib mencintai hutan sebagai bagian dari konservasi alam. Kelestarian ini untuk anak cucu kita juga, dan bumi secara global.
Semoga bermanfaat.