"Akang?" ibu tak kalah kaget. Matanya juga menatap lelaki itu sangat lekat, seperti sangat mengenalnya.
*
Alunan musik kafe mendorongku membuka mata. Ada uap kopi yang sangat enak menguar ke hidungku.
Aku kaget, ada ibu yang merangkul dan menyentuh pipiku.Â
"Sadar Nak, ayo..." ibu mengusap rambutku penuh sayang.Â
Kulihat lelaki berwajah bersih itu masih di sini. Sepertinya ia ikut menungguiku.Â
Ah, tentu saja. Bukankah tadi aku diberitahu sesuatu?
Dari balik dinding kaca, kulihat matahari sudah bersinar terang. Hilir mudik kendaraan, menjelma bagai kupu-kupu yang beterbangan. Alam menjadi indah. Bunga-bunga mekar penuh warna. Semangatku bangkit kembali.
Mulai sekarang, aku akan membuat kopi untuk lelaki berwajah bersih itu. Kopi dengan racikan yang sangat spesial tentu...
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H