Yang ditanya tak membuka mata, terus saja berlagak tidur di pangkuan wanita itu.
"Haa?? Bujuran kah? Kada bedusta kah, Sus? Bujuran anakku di rumah sakit?"
"Ya, ya bujur. Ngarannya Halimah, 21 tahun. Ya, Tinggalnya Kota Baru. Tapi aku di Samarinda. Anakku umpat lakinya."
"Ya, mana minantuku? Ya, Saiful."
"Saiful, kenapa Halimah? Garing apa sampai di rumah sakit?"
Wanita itu tak peduli bulan biru tengah menyinari wajahnya. Atau kesunyian malam akan merekam seluruh kejadian ini.
Si Bungas melotot bangun dan menegakkan telinga. Cepat ia melompat turun dan sembunyi di bawah meja. Diawasinya wanita itu menangis sejadi-jadinya. Dihempaskannya ponsel jadul itu, begitu mendengar sendiri dari menantunya.
Beberapa tetangga yang sedang lelap dalam dunia mimpi, bergegas datang untuk melihat keadaannya.Â
"Anakku meninggal, anakku meninggal, si Halimah..."
Satu dua orang terhenyak kaget, lalu membaca zikir menyabarkan hati.
"Jar sapa, Cil? Meninggal kenapa, Halimah? Bujuran kah, ini?" [Informasi dari siapa, Bu? Halimah meninggal kenapa? Serius kah, ini?]