Ini mungkin yang disebut gangguan makan. Sebuah kondisi yang dipengaruhi pola pikir terhadap makanan, atau kebosanan terhadap menu yang ada.
Saya merasakan perputaran menu keluarga seakan mirip laps arena lomba lari. Maksud saya, dalam sebulan pasti bertemu menu yang sudah sering mampir di lidah. Sebab cara saya masak menyesuaikan menu yang disukai ketiga anak kami. Wah!
Pagi ini, setelah sempat mencobanya seminggu yang lalu, saya memutuskan untuk membuat yang kedua kali.Â
Ludes tak bersisa
Bisa dibilang saya tak terlalu suka makan telur ayam. Kalaupun ada pilihan untuk membuat dadar telur, saya mesti menambahkan irisan bawang dan cabe yang banyak ditambah daun bawang ataupun seledri.
Untuk membedakan cara masak yang biasanya, suatu hari menjelang makan malam, saya mencoba menambahkan daun bayam ke dalamnya.Â
Daun bayam yang jumlahnya tidak terlalu banyak, kira-kira segenggam saja, saya tumis bersama satu sendok sambal yang ada di meja. Kebetulan setiap hari saya membuat sambal tomat untuk teman makan.
Saya cukup menambahkan sedikit garam dan bumbu penyedap. Hasilnya telur dadar isi bayam, ludes tak bersisa. Ya iyalah, saya buatnya hanya sedikit. Satu butir telur saja untuk mencoba. Hihih...
Mencoba yang kedua kali
Nah, tadi pagi saya sengaja mencoba membuat lagi. Saya bertekad ingin melawan rasa malas makan, meski dengan lauk-pauk ala kadarnya. Sakit maag yang menguarkan rasa panas sampai tenggorokan, rasanya sungguh tak menyenangkan.
Mulailah saya menyiapkan segala sesuatunya di dapur.