Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ini Siasat Mengatasi Jika Ingin Marah pada Balita

30 Juni 2021   19:22 Diperbarui: 3 Juli 2021   13:11 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi balita menangis (foto shutterstock via kompas.com)

Enaknya menjadi lebih "tua" dari sahabat atau adik kita, sewaktu-waktu ia datang dan minta saran sesuai penguasaan dan pengalaman pribadi. Meski saya bukan ahlinya, mungkin baginya terasa lebih nyaman demikian.

Dengan semangat ingin membantu memberikan jalan keluar, saya pun dengan senang hati menuliskannya di sini. Mana tahu ada Pembaca dengan posisi serupa? 

Jadi, sahabat yang jauh di mata ini, menghubungi via inbox, sebab seringkali terpancing dan terbawa emosi saat mengasuh puteranya yang saat ini belum genap dua tahun.

Tangkap layar inbox dari sahabat (foto dokpri)
Tangkap layar inbox dari sahabat (foto dokpri)

"Mbak, tolong berikan tips karena saya sulit mengontrol emosi..." demikian antara lain isi pesannya.

Tanpa mengulur waktu, cepat saya jawab seperti berikut:

1. Pahami ia (anak) sadar tak punya saudara/saingan. Maka ia berusaha memiliki ibunya 100%.

Memiliki, bisa dalam bentuk tak mau ibunya dipeluk ayahnya, atau tak rela saat melihat baju ibunya digunakan orang lain. Padahal bisa saja motif yang sama dari "sononya". He.

Tak jarang, balita juga enggan digendong anggota keluarga yang lain, hanya mau oleh ibunya sendiri.

Maka maklumi saja, bila balita kita menjadi sangat bergantung dan menuntut.

2. Pahami ritme psikologis anak juga naik-turun, tidak stag. Ada kalanya dia pintar, sakit-sakitan, rewel, manja, sok tahu, dan lain-lain.

Mood, lebih membicarakan suasana hati. Sedih, senang, bahagia. Namun yang saya maksud adalah perubahan mental anak dari bulan ke bulan tidaklah sama.

Bagaimana remaja putri yang sedang mendapat tamu bulanan, tentu kejiwaannya tidak sebijak ketika ia sedang netral. 

3. Pahami anak adalah amanah/titipan. 

Kesabaran sangat diperlukan saat menghadapi anak remaja (foto: cdn.popmama.com)
Kesabaran sangat diperlukan saat menghadapi anak remaja (foto: cdn.popmama.com)
Jika diperlakukan dengan baik, kita akan mendapat balasan pahala dari Allah swt, dan sebaliknya.

Kesadaran ini akan menjadi "rem darurat" bila sewaktu-waktu kita sebagai orang tua sedang tidak fit, banyak masalah dan lain-lain, namun balita kita juga bersikap luar biasa.

Anak sebagai amanah, artinya orang tua harus menjaga sebaik-baiknya. Agar ketika amanah itu dipertanyakan, kita tidak terjebak zonk.

4. Pahami anak sekaligus menjadi ujian. Yang namanya ujian, pasti membutuhkan kerja keras agar kita lulus dengan nilai memuaskan. Melakoninya pun pasti tidak semudah membalik telapak tangan.

Di saat perekonomian keluarga sedang mengalami krisis, misalnya, anak lelaki kita yang masih remaja, terlibat kecelakaan di jalan. Kendaraannya menabrak kios kecil yang tentu harus mendapatkan ganti rugi.

Itulah mengapa orang tua perlu menjadi bijak seiring pertambahan usianya. Tantangan di waktu-waktu mendatang tentu semakin besar. Bertambah tinggi pohon, bertambah kencang pula angin meniupnya.

5. Ingatlah kelak kita tua dan renta 

Sayangilah orang tua, mereka sudah menyayangi anak-anaknya (foto: statik.tempo.co)
Sayangilah orang tua, mereka sudah menyayangi anak-anaknya (foto: statik.tempo.co)
Apakah anak akan memperlakukan orang tua yang membuang, menyakiti atau bersikap negatif lainnya; dengan penuh kasih sayang, atau justru dia akan balas dendam?

Sering kita mendengar seorang anak memberikan sikap penolakan, setelah puluhan tahun ditinggalkan orang tua kandungnya. Alasan kondisi saat itu dan lain-lain, tak membuat hatinya tersentuh dan luluh. 

Bahkan anak yang dirawat dengan baik, diberikan pendidikan dengan segala fasilitasnya, ketika dewasa justru berani melaporkan orang tuanya karena masalah utang dan sebagainya. Ia tak segan jika orang tuanya harus meringkuk di penjara.

Alangkah baiknya, orang tua bersikap mawas diri. Merawat, membimbing, mendoakan dan menghindari kekerasan terhadap anak. 

Bahwa orang tua juga manusia, itu benar. Dan tidak mungkin kita dapat menjadi orang tua yang sempurna tanpa cela. Namun kita dapat belajar lebih banyak untuk mendekati hasil terbaik.

Dari pengalaman saya dan beberapa orang di sekitar, saya menyimpulkan hal-hal berikut mempengaruhi ketahanan seorang ibu saat menghadapi balitanya:

1. Kurang mendapat perhatian dari pasangan. Istri tidak dapat bermanja karena suami kurang pandai membagi waktu

2. Merasa stres dengan banyaknya pekerjaan sehari-hari. Terutama bagi mereka yang tidak mempunyai asisten rumah tangga, ditambah kurangnya melakukan me time.

Ibu, lakukanlah hal-hal yang dapat menyenangkan hatimu. Mandi berendam air hangat, mendengarkan musik sebelum tidur, menonton film favorit saat anak sudah tidur, dan sebagainya.

3. Susah berpikir positip. 

Saran saya, berpikirlah tentang yang baik-baik. Ringankan perasaan untuk menerima fakta tidak mengenakkan sekalipun. Merasa bahagia dengan segala karunia, dapat pula menjernihkan pikiran.

Ingatlah doa yang selalu kita panjatkan, dan kita ajarkan pula kepada anak-anak.

Ya Allah, sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana ia menyayangiku sewaktu aku masih kecil.

Akhirnya, selamat hari keluarga nasional. Semoga kita dapat membina dan memiliki keluarga samawa, aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun