Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peribahasa Suku Banjar Ini Mengajarkan Bersyukur dan Menghargai Diri Sendiri

10 Juni 2021   15:23 Diperbarui: 10 Juni 2021   15:32 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah ulin (deagamdesign.com)

Peribahasa sebagai aturan hidup

Suku Banjar, menyukai keteraturan, kerapian dan ketenangan. Ini bukan sekedar sifat umum manusia, tetapi sebuah prinsip yang dijunjung tinggi hingga sekarang.

Mereka tidak mencuci piring dua kali sehari, melainkan setiap selesai menggunakan perabot piring, mangkok atau gelas. Tidak meninggalkan begitu saja di bawah kran (pejijihan) dan menunggu waktu mencuci piring sore hari.

Lantai ulin (i.pinimg.com)
Lantai ulin (i.pinimg.com)
Pagi-pagi sekali, para wanita mengepel teras mereka masing-masing. Kayu ulin yang semakin dilap basah, akan semakin halus dan hitam. Sandal anak-anak mereka, ikut dicuci lalu dikeringkan dengan berjajar rapi. Cara menjemur pakaian (bedadaian) dan melipat pakaian juga sangat rapi. Begitu pula dengan sikap keseharian.

Karenanya, adat keteraturan juga dapat dilihat dalam peribahasa suku Banjar.

Oleh pengaruh agama yang dianut yaitu Islam, peribahasa suku Banjar juga mengajarkan sikap hidup bersyukur dan menghargai diri sendiri.

Contoh dalam kehidupan sekarang, anak-anak muda kerap bergonta-ganti gawai. Melirik milik teman kelihatan lebih canggih, buru-buru beli yang baru. Tak puas dengan apa yang sudah dimiliki sekarang.

Begitu pula sepatu, tas, kacamata, alat olahraga, kendaraan roda dua dan sebagainya. Sudah punya sepatu berbahan kulit, masih cari yang impor. Baru enam bulan beli motor keren, sudah dijual. Cari keluaran terbaru. Tak pernah ada habisnya. 

Asal jangan punya pacar berkulit putih, cari yang langsing dan berambut panjang. Eh.

Pentingnya mensyukuri benda apapun, hal apapun yang sudah menjadi milik kita, memang mendorong kita menjadi pribadi bersahaja dan setia. 

Buku peribahasa Indonesia (dokpri)
Buku peribahasa Indonesia (dokpri)
Selaras dengan ini, peribahasa Indonesia berbunyi: 

Mengharapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun