Di Jakarta ini, sekalipun aku berasal dari keluarga biasa, tapi untuk hidup pas-pasan, terus terang aku harus belajar keras.
Kata orang, cinta butuh pengorbanan sekaligus pembuktian. Mungkin inilah kesempatan untuk membuktikan bahwa aku pantas untukmu. Aku mau hidup senang dan susah bersama suami yang kucintai.
Memang hobimu bermain gitar, seperti perhiasan yang memesonaku di masa lalu. Sementara di Jakarta, pekerjaan sebagai scurity tak terlalu bisa diandalkan. Sedang untuk membantumu menambah penghasilan, menjadi sulit karena kita cepat dikaruniai momongan.
Sering di tengah malam, kau menghibur wajah sedihku dengan bermain gitar, dan menyanyikan sebuah lagu saat kita masih belum menikah. Lagu itu memang sedih, tapi kenangan saat kau dulu menyanyikannya, terasa menghangatkan cinta ini.
Aku tau mungkin kau lelah, mengantuk, lapar. Tapi itulah kelebihanmu, selalu menghiburku lebih dulu, membuatku tersenyum lebih dulu barulah ingin menikmati makan malam dan istirahat.
Kutatapi bayi kita, sang junior lelaki gitar, semoga kelak mewarisi kharisma dan kebaikan hatimu.Â
Tak mengapa kita hidup sederhana seperti ini, toh roda kehidupan itu berputar.
Selamat malam sayang.
  Â
 SELESAI
Samarinda, 24 Maret 2021