Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Lain Pak Tjiptadinata Effendi di Mata Saya

4 Januari 2021   18:44 Diperbarui: 4 Januari 2021   20:05 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: screenshoot artikel Pak Tjiptadinata Effendi

Ada pula keterangan dalam artikel tersebut yaitu: "Karena kami sudah sarapan dari rumah dan masih merasa cukup kenyang, maka siang itu, kami hanya menikmati secangkir kopi dengan makanan kecil yang kami bawa dari rumah. Instant coffee sebungkus hanya 50 cent. Kalau kami minum kopi dicafe, apalagi dilokasi wisata, minimal secangkir 6 dolar."

"Karena untuk makan kenyang, tiba di rumah dapat terpenuhi. Refreshing tanpa harus memikirkan beban pengeluaran ekstra, tentu lebih nyaman dan sekaligus memotivasi diri untuk lebih sering melakukan penyegaran."

Yang terlintas dalam benak saya waktu itu, Pak Tjip adalah orang kaya yang bepergian jauh untuk mendapatkan manfaat refreshing bersama keluarga, tetapi sangat menekankan budget jangan sampai menghalangi tujuan refreshing itu sendiri. Sangat keren, bukan?

Dan jika Anda bertanya, apa yang membuat saya menganggap Pak Tjip adalah orang kaya pada saat itu? Ialah foto-foto memukau yang tentunya diambil dengan menggunakan kamera khusus, serta teknik foto yang baik. Kedua hal ini tidak akan dimiliki oleh Kompasianer biasa tentunya.

Berikut foto-foto tersebut, saya download langsung dari artikel beliau.

Foto: artikel Tjiptadinata Effendi
Foto: artikel Tjiptadinata Effendi

Foto: artikel Tjiptadinata Effendi
Foto: artikel Tjiptadinata Effendi

Foto: Tjiptadinata Effendi
Foto: Tjiptadinata Effendi

Mbak Ari Budiyanti adalah Kompasianer yang menulis puisi khusus untuk Pak Tjip dan istri

Fakta selanjutnya, Pak Tjip dan istri, Ibu Roselina, mampu menciptakan hubungan yang hangat dalam Kompasiana layaknya sebuah keluarga. Seringkali saya membaca komentar mbak Ari yang menyebut Pak Tjip sebagai ayahanda dan mbak Ari menyebut diri sebagai ananda. Saat itu yang terbersit adalah kagum. 

Foto: screenshoot artikel Ari Budiyanti
Foto: screenshoot artikel Ari Budiyanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun