"Aku tak mengapa kehujanan, dalam badai sekalipun..." katamu membela diri.
"Kau butuh aku, Bob!"
"Dan aku selalu ada untukmu..." aku meyakinkan lelaki ini lagi.
Secuil rasa takut kehilanganmu, membuat aku terpaksa jujur padamu. Deretan paspor, visa dan surat-surat lain, tampak lengkap di atas meja di hadapanku. Bagaimana kalau itu benar-benar terjadi?
Dan hari yang buruk itu ada.Â
Aku melambai padamu di ruang tunggu Bandara. Tak kusangka orang yang kucintai akan meninggalkanku hanya karena sering dibully.
"Aku punya satu pertanyaan."
"Apa? Apa aku akan selalu menghubungimu?" aku pura-pura tak terluka. Berusaha ceria, meski aku yakin ini gagal di matamu.
"Apaaa..." suaramu menggantung. "Aku masih boleh??"
Aku menaikkan alis dengan mimik menunggu.
"I want to standing..."