Ternyata laki-laki sekece dirimu, tak lebih berani dari perempuan mungil sepertiku. Aku saja pernah memukul mahasiswa satu jurusan dengan pemukul bisbol. Yaa, tentunya aku punya alasan melakukannya.
Sebuah lagu romantis mengalun dari sound mobilmu. Berjalan santai menuju kawasan elit.
Dua semester, aku memendam perasaan yang akhir-akhir ini sudah tak mau disembunyikan. Kalau ditilik-tilik, seperti isi puisi ibu dosen Erina Purba. Mengapa dosen sastra Perancis itu bisa tau seluruhnya?Â
"Aku sekalian ingin memenuhi harapan orang tuaku," katamu tiba-tiba. Aku sedikit terperanjat dari lamunan.
"Australia adalah tempat yang pas untuk menimba ilmu. Gelarku akan sangat diperhitungkan, sayang..."
Aku paham. Mungkin ini pula alasan kau tampak lemah di mataku. Orang tuamu punya segalanya, dan terlalu memanjakan anak lelaki satu-satunya yaitu kau. Dasar Bob cengeng!
"You can stand under my umbrella...berapa kali harus kukatakan?"
Lelaki di depanku tersenyum getir. Aku tak perduli. Sekalian memompa kejantananmu.
"Aku sayang padamu..."
Kau terbahak sambil menampakkan punggung. Sungguh, wanita sepertiku menjadi sangat malu saat itu. Apa yang sudah kukatakan? Dasar tolol!