Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Siti Komariah

10 November 2020   11:48 Diperbarui: 10 November 2020   11:57 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya Siti Komariah punya pilihan kedua, yaitu tidak pulang ke kampung kelahirannya, melainkan menetap di kota dan mencari kerja. Dia bisa hidup mandiri tanpa menyusahkan paman dan bibinya. Mereka pasti sudah tua, setelah dua belas tahun ini. Apakah ia akan pulang untuk menjadi beban mereka?

Tapi di sisi lain, Siti Komariah juga penasaran dengan ibu yang melahirkannya. Seperti apa wajahnya? Pasti sangat cantik, karena banyak yang bilang wajahnya mirip artis sinetron.

Lalu saat bertemu ibu, Siti Komariah akan bertanya mengapa bisa ia berada si pematang sawah, pagi itu? Sepertinya ia dibuang saat hari masih gelap. Tapi kenapa? Apa salah  dirinya??

Siti Komariah mengandai-andai jawaban ibunya. Bisa saja karena ia lahir dari hubungan tidak sah. Yang pasti kehadirannya tak diinginkan, atau menjadi masalah. Lalu kenapa sekarang ibunya ingin menemuinya?

Bagaimana kalau ibu meminta maaf? Apakah ia mempunyai maaf itu? 

Lalu kalau dirinya dan ibu harus bersatu dalam satu hubungan orang tua dan anak yang tinggal serumah, apa ia bisa?

Siti Komariah menatap mataku, seperti mencari kepastian.

"Apakah saya harus mengikuti aturan untuk hormat dan berbakti kepada orang tua, Bu" tanyanya dengan sedikit ragu. Pastinya jawabanku masih sama seperti di awal tadi.

Dengan gampang saya menjawab, "Silahkan jika engkau mempunyai peluang untuk berinteraksi/bertemu."

"Bersikap hormat dan membuat bahagia orang lain, adalah suatu hal yang baik, terlebih lagi kepada orang tua. Jadi tidak ada alasan, kita sebagai seorang anak bersikap tidak pantas atau mendurhakai."

"Tujuan kita hidup di dunia, adalah untuk singgah. Maka mengumpulkan bekal yang terbaik selama di dunia, sama halnya dengan menunggu apa yang kita tanam akan berbuah dan dipetik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun