Bahkan selain ular, ada juga  biawak dewasa. Tubuhnya sebesar paha dengan lidah membelah dua. Warnanya cokelat terang, mirip sebatang kayu kering tergeletak di tanah.
Kalau hewan primata ini muncul, ayam peliharaan kami langsung heboh. Langsung membuat handphone di tangan terlepas.Â
Wahh...!Â
Maksudnya disimpan dulu. Karena buru-buru keluar rumah sambil menenteng sebatang kayu yang sudah dipersiapkan, untuk dilemparkan.
Hopp...!!Â
Biawak lari tunggang langgang. Haha... Bersyukur di tempat sesunyi ini ada hiburan. Setidaknya sesekali.Â
Apa kami terdampar sampai di sini?Â
Entah apa istilah yang cocok. Tapi kami bersyukur saja. Karena dengan bersyukur, Allah akan menambahkan nikmatNya.
Contohnya, di saat masyarakat mendapatkan air bersih PDAM secara bergilir, kami mudah saja menimba air dari sumber.Â
Kenapa bergilir?Â
Ya, karena persediaan air terbatas. Dalam empat sampai tujuh hari, mendapat giliran dua hari air mengalir. Terkadang malah dua minggu sekali. Olala...