Mohon tunggu...
Ayom Budiprabowo
Ayom Budiprabowo Mohon Tunggu... Insinyur - Bersyukur dan berpikir positif

Alumni Undip, IKIP Bandung dan STIAMI. Pernah bekerja di SPP Negeri Ladong, Universitas Abulyatama Aceh dan Pemda Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Keistimewaan Terumbu Karang (Kabupaten Sukabumi)

10 Januari 2022   22:20 Diperbarui: 10 Januari 2022   22:43 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan gambar : 1. Diving di Batu Kueuk (November 2021) 2. Diving di Karang Hantu (November 2021)/Koleksi pribadi

Keberadaan ekosistem terumbu karang sering dikaitkan dengan keindahan alam bawah laut yang beraneka warna.  Airnya jernih dan tampak didalamnya biota laut yang bermacam ragam. Panorama yang luar biasa ini sangat bernilai sehingga bisa dikembangkan menjadi wisata menyelam asalkan keanekaragaman hayatinya tetap terjaga. Kekayaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) ini harus dapat mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar.

Terumbu karang dibangun oleh biota laut penghasil kapur, terutama hewan karang bersama-sama dengan biota lain. Hewan karang kelas Anthozoa  ini bersimbiosis dengan tumbuhan alga yaitu zooxanthellae  yang hidup di dalam jaringan karang sehingga butuh cahaya untuk fotosintesis.

Hewan karang  terdiri dari polip (bagian yang lunak) dan skeleton (bagian yang keras). Polip dilengkapi tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya. Setiap polip karang mengsekresikan zat kapur CaCO3 yang membentuk kerangka skeleton karang.

Karang hidup membentuk koloni  yang dibentuk oleh ribuan polip yang tumbuh dan bergabung menjadi satu koloni. Juga ada yang hidup soliter tidak membentuk koloni  namun jumlahnya sedikit (Puslit Oseanografi-LIPI).

Kabupaten Sukabumi dengan panjang garis pantai 117 km dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia,  memiliki 11 titik terumbu karang, antara lain Pantai Ujunggenteng, Pantai Karangnaya Palabuhanratu, Pantai Pamipiran Simpenan, Pantai Minajaya Surade, Pantai Cilegok, Karangrapak,Cikepuh dan Sodongparat Ciemas yang luasnya mencapai 1.305 (seribu tiga ratus lima) hektar (Perda Kabupaten Sukabumi terkait Tata Ruang Wilayah dalam  SUKABUMIUPDATE.com).

Umumnya terumbu karang Kabupaten Sukabumi berada pada kawasan konservasi maupun daerah perlindungan satwa. Sebagaimana diketahui di Kabupaten Sukabumi terdapat Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGG) yang menampilkan keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultural diversity) di delapan kecamatan, tujuh diantaranya merupakan kecamatan pesisir (Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap dan Surade.

Juga didalamnya terdapat habitat peneluran dan penangkaran penyu (terutama penyu hijau (Chelonia mydas), baik yang dikelola Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, yaitu "Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan" maupun kawasan "Konservasi Suaka Alam" yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Ekosistem terumbu karang Kabupaten Sukabumi memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup penyu hijau tersebut karena merupakan tempat mencari makan penyu dan anak penyu. Diistilahkan sebagai "meja makan" penyu hijau yang tergolong herbivora sehingga   kebanyakan memakan lamun dan alga.

Dalam upaya menjaga kelestarian SDKP tersebut, pemerintah pusat/provinsi/kabupaten bersama stake holder dan lembaga lain yang peduli  pelestarian melakukan pembinaan dan bimbingan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, bahwa ada dua kelompok masyarakat yang menaruh perhatian lebih terhadap keberadaan terumbu karang di lingkungannya, yaitu Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) Genteng Nusantara Ujunggenteng Kecamatan Ciracap (Ketuanya Pak Sambas) dan Pokmasi (Kelompok Masyarakat Konservasi) Mandrajaya Kecamatan Ciemas (Ketuanya Pak Opik).

Memang dengan merebaknya pandemi covid-19 kegiatan kelompok masyarakat relatif sedikit. Walaupun demikian kegiatan yang pro pelestarian SDKP tetap dilakukan bersama para pihak, seperti transplantasi karang.

Transplantasi karang (coral transplantation) adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami (WordPress.com).

Selain itu ekosistem terumbu karang Kabupaten Sukabumi juga dikembangkan menjadi wisata menyelam (diving). Keindahan bawah laut yang sangat mempesona banyak diminati pengunjung.

Menurut Pak Piat (6/1/2022) dari Balawista (Badan Penyelamat Wisata Tirta) Kabupaten Sukabumi, bahwa kegiatan snorkeling diminati wisatawan lokal rata-rata 500 orang per bulan. Sedangkan peminat diving 50 % lokal dan 50 % turis asing, namun peminatnya masih jarang sehingga perlu lebih dipromosikan.

Untuk kegiatan diving dilakukan bersama group Padi dan Octopus Dive Indonesia (ODI) di lima spot (titik), yaitu Karang Hantu, Batu Kueuk, Karang Naya, Batu Belah (Anjungan Cikepuh) dan Karang Hanap. Oleh karenanya para penyelam  perlu mengunjungi tempat wisata ini untuk mencoba diving dengan kondisi arus dan gelombang laut yang relatif kuat.

Berdasarkan testimoni wisatawan yang bernama Anwar Away, bahwa Pulau Kunti memiliki keunikan terumbu karang. Sebab satu hamparan dengan bentangan alam gugusan batu peninggalan jaman pra-era tersier, terumbu karang di Pulau Kunti menyajikan hal yang berbeda dari lokasi lainnya.

Wisatawan bisa menikmati keunikan terumbu karang tersebut, sekaligus bisa ikut berkontribusi dalam pelestarian terumbu karang yang dikelola kelompok masyarakat setempat (LautSehat.ID).

Adapun bagi nelayan, ekosistem terumbu karang merupakan tempat mencari ikan karena pada perairan tersebut sumber daya ikannya melimpah. Hal ini karena terumbu karang berfungsi sebagai habitat dan tempat memijah berbagai biota laut bernilai ekonomi tinggi, seperti ikan, lobster, rumput laut dan gurita.

Namun demikian kegiatan perikanan tangkap harus disesuaikan dengan batasan kawasan konservasi atau daerah perlindungan satwa agar semua pihak memperoleh manfaat secara optimal tidak saling merugikan.

Kemudian secara fisik terumbu karang juga dapat menahan abrasi pantai dari gempuran gelombang laut yang relatif besar seperti halnya di Pantai Selatan Jawa .

Kekayaan SDKP pesisir ini seyogyanya dijaga kelestariannya karena  kerusakan terumbu karang akibat aktivitas manusia lebih sulit pulihnya daripada kerusakan alamiah. Makanya pengelolaan SDKP perlu pengendalian agar pemanfaatan dan kelestariannya seimbang.

Keterangan gambar : 1. Diving di Batu Kueuk (November 2021) 2. Diving di Karang Hantu (November 2021)/Koleksi pribadi
Keterangan gambar : 1. Diving di Batu Kueuk (November 2021) 2. Diving di Karang Hantu (November 2021)/Koleksi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun