Poklahsar Saluyu semakin dikenal sehingga banyak dikunjungi berbagai kalangan dari luar daerah, seperti poklahsar, kementerian, perangkat daerah, mahasiswa dan pelajar untuk praktek kerja lapangan atau  tujuan lain.
Namun sekarang produksi dan pendapatan UMKM Saluyu mengalami penurunan. Menurut Ibu Nurhasanah (19/1/21), selaku ketua Poklahsar  Saluyu (kelas madya), bahwa selama pandemi covid-19, omzet Poklahsar Saluyu mengalami penurunan. Biasanya diperoleh  omzet sebesar 40-45 juta rupiah/ bulan dengan  menghabiskan ikan nila 400-600 kg/bulan dan ditangani oleh 10 orang dari 20 orang anggotanya. Namun sekarang hanya memperoleh 15 juta rupiah/bulan dengan menggunakan bahan baku ikan nila sebanyak  200 kg/bulan.Â
Produksinya  menurun karena kunjungan tamu atau pembeli  berkurang, selain dihapusnya  kegiatan semacam bazar sebagai imbas pandemi covid-19.  Walaupun demikian, Poklahsar Saluyu tetap tampil dengan membuat  produk ikan siap goreng dan siap saji yang  pemasarannya mengoptimalkan penggunaan media massa.
Bantuan dari pemerintah  telah diterima dan dirasakan manfaatnya, seperti peralatan pengolahan ikan dari KKP (13/11/20) dan bantuan (BLT) Rp 2.400.000,- untuk penguatan modal usaha UMKM.
Sekarang anggota KWT saluyu berjumlah 115 orang  (90 % perempuan, 10 % laki-laki) dengan bermacam usaha, seperti pengolahan ikan, pertanian, budidaya perikanan dan pembuatan asesoris. Kegiatan kelompok tetap berjalan, diantaranya pertemuan rutin anggota untuk membahas berbagai hal, hanya saja waktunya menjadi 3 bulan sekali (sebelumnya sebulan sekali) dengan menerapkan pembatasan jumlah peserta.
Ibu Nurhasanah berharap Poklahsar Saluyu bersama poklahsar lainnya bisa diikutsertakan dalam program pemerintah, seperti gerakan memasyarakatkan makan ikan, dimana pemerintah membeli produk poklahsar atau poklaksar mengolah ikan hasil budidaya secara bergantian untuk dikonsumsi masyarakat. Hal ini sebagai bentuk sosialisasi gerakan memasyarakatkan makan ikan dalam rangka pemenuhan gizi untuk pencegahan stunting.Â
Sebab harga ikan relatif murah tapi mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat, antara lain omega 3 untuk proses perkembangan otak pada janin, perkembangan fungsi syaraf dan penglihatan bayi. Mengandung serat protein yang pendek sehingga mudah dicerna. Kaya akan asam amino, seperti taurin untuk merangsang pertumbuhan sel otak balita. Juga mengandung vitamin A, D, B6, B12 dan mineral, seperti zat besi, yodium, selenium, seng dan fluor yang baik untuk metabolisme tubuh (Wikipedia).
Dari sekian banyak sumber protein hewani yang ada, ikan sangat tepat untuk mendukung program perbaikan gizi, bahkan sangat baik dikonsumsi oleh semua usia, mulai dari kandungan ibu, yaitu bagi ibu hamil hingga setelah lahir, yaitu bagi bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga bagi usia lanjut di atas 60 tahun.
Demikian semoga pandemi covid-19 segera berakhir dan poklahsar kembali bangkit seiring semakin banyaknya  masyarakat yang mengkonsumsi ikan berikut produk olahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H