Alhamdulillah aku rajin membaca hasil penelitian tentang Covid-19 maka aku sampaikan ke anak dengan bahasa yang mudah dipahaminya. Aku menjelaskan bahwa dia masih berada pada gejala ringan dan mengingatkan dia jika dia merasa sesak napas untuk segera kabari kami. Selain itu kami menyemangati nya untuk semangat dalam mengonsumsi obat yang diberikan.
Di sinilah aku merasa jika seorang ibu harus tetap tenang dalam merawat anak yang menderita penyakit, khususnya penyakit baru seperti Covid-19. Apalagi banyak informasi yang beredar menyampaikan tentang angka kematian pasien Covid-19 tanpa ada penjelasan pasien yang bagaimana yang menjadi parah dan meninggal. Belum lagi ada informasi tentang belum ada obat untuk pengobatan Covid-19.
Hati menangis setiap mencuci piring dan baju yang dipakainya
Aku yakin sepenuh hati tidak ada satu orang ibu pun yang tidak akan merasa sedih setiap mencuci piring dan baju anaknya namun memisahkan semua itu dari perlengkapan anggota keluarga lainnya di dalam rumah.
Semua perlengkapan makan dia terpisah dan kami berikan label namanya, baik piring, gelas, hingga sendok garpu. Tempat baju kotor pun mendadak kami pisahkan antara baju kami dengan anak kami yang sakit.
Selama ini jika mencuci baju dan perlengkapan makan tidak pernah dipisahkan, sekarang harus dipisahkan. Selama 14 hari hal ini selalu saya dan suami lakukan sendiri karena di rumah kami tidak ada ART sejak Maret 2020. Hati ini langsung teriris setiap melakukan pencucian dan melihat perlengkapan makan bersih yang terpisah antara perlengkapan makan nya dengan perlengkapan makan kami.
Alhamdulillah negatif
Alhamdulillah setelah menjalani masa isolasi mandiri selama 14 hari, kami sekeluarga kembali melakukan SWAB dan alhamdulillah anak kedua kami dinyatakan negatif.Â
Sebetulnya protokol terbaru saat kami melakukan isolasi mandiri, pasien yang dirawat dengan isolasi mandiri tidak perlu melakukan SWAB kembali setelah melewati masa isolasi mandiri. Akan tetapi untuk lebih meyakinkan, maka boleh melakukan SWAB kembali secara mandiri.
Banyaknya informasi yang dibaca mengenai Covid-19 membuat kami menyadari bahwa anak kami hanyalah pasien Covid-19 dengan gejala ringan, yaitu demam. Cepatnya kami melakukan pemeriksaan setelah anggota keluarga lainnya positif menjadikan anak kami cepat tertangani, karena di antara ketiga anak kami, hanya dia yang paling lemah secara fisik (mudah sakit).
Kami alumni Covid-19