Tetapi apa? Â Segan tetap berlari lebih cepat dari tekad
Hingga kini amat ternoda
Pesimis senantiasa mengiringi rasa ingin kembali
Adakah kesempatan ? atau mungkinkah diterima?
Pantaskah kembali?
Disaat raga hanya teringat kala rapuh dan seorang diri
Terus terpikirkan, apakah masih termaafkan disaat diri saja tak sudi memaafkan?
Bukankah telah terlampau angkuh untuk diterima?
Bukankah sudah sepadan untuk diabaikan karena pernah mengabaikan?
Tetapi Tuhan, seperti apa rasanya ditinggalkan?
Ingatan akan pekerjaan yang kerap kali tak tuntas
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!