Mohon tunggu...
ayma arsyaningrum
ayma arsyaningrum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa fmipa yang tidak menyukai sains

Tidak perlu kenal lebih jauh, khawatir jatuh cinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pemuda Berkarya

26 April 2022   17:29 Diperbarui: 26 April 2022   17:35 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BANGKIT

Karya Ayma Arsyaningrum

Katanya pedang emas bangsa

Tetapi atribut masih lebih diutamakan dari strategi peperangan

Katanya harta paling berharga

Tetapi kesempatan berkarya dibiarkan tertelan zaman

Wahai para tikus bertopeng, wahai para manipulator yang terselimuti eloknya performa

Lagaknya bak paling tau segalanya, tetapi kalkulator masih jadi teman belanja

Lagaknya bak penguasa alam, tetapi masih pakai nama palsu di media

Jadi, apa sasaran tembakmu?

Sadarlah, seleksi alam bukan sekadar dongeng belaka

Dari beribu pemuda yang terjun ke lapangan, tak semua mencapai garis akhir

Dan untuk menghasilkan mutiara, dibutuhkan perjuangan sebuah tiram

Maka jadilah rembulan diantara beribu bintang

Tak hirau siapa dan dimana

Tak hirau keunggulan dan kelemahan

Abaikan kondisi ekonomi dan lingkungan

Tebalkan telinga akan cercaan juga perundungan

Lihatlah cara Bapanda bertempur demi darah dagingnya

Perhatikanlah bagaimana Bapanda menghadang malam

Semata mengupah tarbiah buah hatinya

Namun tengoklah betapa buah aksi ananda yang memicu kehampaan

Menghapus paksa asa sang Bapanda

Sebenarnya, apa yang ia nantikan?

Apakah kebinasaan kasatmata dari tanah kelahiran?

Atau deru tangis orang sekitar memandang nisan yang terukir identitas Bapanda?

Bangkitlah, hapuslah noda hitam sebelum tempo buruk berkunjung dengan desak

Ketahuilah, bahwa tak ada dosa yang tak termaafkan

Alihkan pandanganmu dari senda gurau yang fana

Lepaslah topengmu, tentukan arah pertempuran

Tengoklah betapa sejarah mewarisi beribu bimbingan

Pindahkan tahta kepemimpinan dari gelapnya hawa nafsu menuju akal sehat

Pijakkan kakimu dan melangkahlah tuk memecah angan menjadi nyata

Karena dari beribu taruna yang terhanyut gejolak jiwa muda,

Hanya segelintir yang sadar akan perubahan masa, merekalah yang tergerak untuk berkarya.

 

            Jakarta, September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun