Mohon tunggu...
ayisatul muslimah
ayisatul muslimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semangat untuk mendapatkan gelar sarjana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Empati Martin Hoffman: Pemahaman dan Perkembangan Empati Pada Anak

18 Januari 2025   18:17 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TEORI EMPATI MARTIN HOFFMAN: PEMAHAMAN dan PERKEMBANGAN EMPATI PADA ANAK

Empati, kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, merupakan aspek penting dalam perkembangan sosial dan emosional manusia. Teori empati yang dikemukakan oleh Martin Hoffman memberikan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana empati berkembang pada anak-anak dan bagaimana faktor-faktor sosial dan kognitif memengaruhi kemampuan mereka untuk merasakan dan merespons perasaan orang lain. Hoffman, seorang psikolog perkembangan, berfokus pada bagaimana empati bukan hanya berkembang melalui pengalaman langsung, tetapi juga melalui interaksi sosial yang semakin kompleks seiring bertambahnya usia.

KONSEP DASAR TEORI EMPATI HOFFMAN

Martin Hoffman mengembangkan teori empatinya berdasarkan pemahaman bahwa empati berkembang melalui serangkaian tahapan yang berhubungan dengan usia dan perkembangan kognitif anak. Ia berpendapat bahwa empati bukanlah suatu sifat yang muncul begitu saja, melainkan sebuah kemampuan yang berkembang seiring waktu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Berikut adalah konsep-konsep utama dalam teori empati Hoffman:

1. Empati sebagai Proses Kognitif dan Emosional

Hoffman berpendapat bahwa empati melibatkan dua aspek penting: aspek kognitif dan emosional. Aspek kognitif merujuk pada kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, sedangkan aspek emosional berkaitan dengan kemampuan untuk merasakan atau "merasakan" perasaan tersebut. Empati bukan hanya tentang mengenali perasaan orang lain, tetapi juga tentang meresponsnya dengan perasaan yang sesuai, seperti rasa peduli atau kasihan.

Hoffman melihat empati sebagai kemampuan yang kompleks, yang melibatkan kedua aspek ini, dan kemampuan tersebut berkembang seiring dengan pertumbuhan kognitif anak.

2. Tahapan Perkembangan Empati
Salah satu kontribusi utama Hoffman dalam teori empati adalah penjelasan tentang tahapan perkembangan empati pada anak-anak. Menurutnya, empati berkembang melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Empati yang Bersifat Egocentric (Egocentric Empathy)

Pada tahap awal kehidupan, terutama pada bayi dan balita, empati bersifat egosentris, di mana anak cenderung merasakan perasaan orang lain dari perspektif mereka sendiri. Misalnya, ketika seorang bayi melihat orang lain menangis, ia mungkin merasa tertekan atau cemas, meskipun ia tidak sepenuhnya memahami mengapa orang tersebut merasa sedih. Di tahap ini, empati lebih bersifat sebagai reaksi emosional yang sangat dipengaruhi oleh perasaan diri sendiri.

b. Empati yang Berbasis Perspektif (Perspective-Taking Empathy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun