Mohon tunggu...
ayisatul muslimah
ayisatul muslimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semangat untuk mendapatkan gelar sarjana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Budaya dan Interaksi dalam Perkembangan Kognitif

18 November 2024   19:08 Diperbarui: 18 November 2024   19:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain itu, interaksi sosial sering kali menjadi sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya. Seorang anak yang belajar dari orang tuanya tentang pentingnya menghormati orang tua atau bekerja keras tidak hanya menginternalisasi nilai-nilai tersebut, tetapi juga mengembangkan kemampuan kognitif yang relevan, seperti perencanaan dan pengaturan diri

Bukti Empiris dan Studi Kasus

Berbagai penelitian telah mendukung pentingnya peran budaya dan interaksi sosial dalam perkembangan kognitif. Studi yang dilakukan oleh Rogoff (2003) menunjukkan bahwa anak-anak dari berbagai budaya memiliki cara belajar yang berbeda tergantung pada konteks sosial dan budaya mereka. Misalnya, anak-anak di komunitas adat Guatemala cenderung belajar melalui observasi langsung dan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, sedangkan anak-anak di masyarakat Barat lebih sering belajar melalui instruksi formal di sekolah.

Penelitian lain oleh Meltzoff dan Moore (1997) menunjukkan bahwa bayi sudah memiliki kemampuan meniru perilaku orang dewasa sejak usia dini, yang menjadi dasar penting untuk belajar melalui interaksi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk berinteraksi dan belajar dari orang lain sudah ada sejak lahir.

Implikasinya untuk Pendidikan dan Pengasuhan

Memahami peran budaya dan interaksi sosial dalam perkembangan kognitif memiliki makna yang signifikan bagi pendidikan dan pengasuhan. Guru dan orang tua dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dengan:

1. Menghargai Keanekaragaman Budaya: Guru perlu memahami bahwa anak-anak berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan mungkin memiliki cara belajar yang berbeda pula. Pendidikan multikultural yang inklusif dapat membantu memenuhi kebutuhan kognitif setiap anak.

2. Mendorong Interaksi Sosial Positif: Menciptakan kesempatan untuk diskusi kelompok, kerja sama, dan permainan interaktif dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif dan sosial secara bersamaan.

3. Memberikan Scaffolding yang Tepat: Orang tua dan guru harus memberikan dukungan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, sehingga anak dapat belajar secara efektif tanpa merasa penasaran.

Budaya dan interaksi sosial adalah dua unsur yang saling berkaitan dalam membentuk perkembangan kognitif individu. Budaya menyediakan alat-alat psikologis dan nilai-nilai yang membentuk cara berpikir, sementara interaksi sosial memberikan konteks untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru. Dengan memahami peran keduanya, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi perkembangan kognitif anak-anak, baik dalam konteks pendidikan formal maupun informal. Integrasi yang harmonis antara budaya dan interaksi sosial adalah kunci untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun