Selain budaya, interaksi sosial merupakan komponen kunci dalam perkembangan kognitif. Proses belajar tidak terjadi secara individu, tetapi melalui hubungan dengan orang lain yang lebih berpengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Salah satu konsep utama dari teori Vygotsky adalah zone of proximal development (ZPD), yaitu jarak antara kemampuan yang dimiliki anak secara mandiri dan kemampuan yang dapat dicapai dengan bantuan orang lain. Interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih terampil memungkinkan anak-anak melampaui batas kognitif mereka saat ini.
Misalnya, seorang anak yang sedang belajar matematika mungkin awalnya hanya dapat memahami konsep penjumlahan sederhana. Namun, dengan bantuan guru atau teman yang lebih mahir, anak tersebut dapat mempelajari cara menyelesaikan persamaan yang lebih kompleks. Bantuan ini sering disebut scaffolding , dimana orang dewasa memberikan dukungan sementara hingga anak mampu melakukan tugas secara mandiri.
Imitasi dan Kolaborasi
Interaksi sosial juga mendukung perkembangan kognitif melalui proses pencetakan dan kolaborasi. Anak-anak sering meniru perilaku dan cara berpikir orang dewasa di sekitar mereka. Misalnya, seorang anak yang melihat orang tuanya membaca buku setiap hari mungkin lebih terdorong untuk belajar membaca karena melihat nilai positif dari aktivitas tersebut.
Kolaborasi, baik dalam bentuk diskusi kelompok di kelas maupun permainan bersama, juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan pemahaman perspektif orang lain. Dalam lingkungan yang mendukung kolaborasi, anak-anak belajar berpikir secara kritis dan kreatif melalui pertukaran ide dan pendapat.
Pengaruh Emosi dan Kepercayaan Diri
Interaksi sosial tidak hanya mempengaruhi perkembangan kognitif secara langsung, tetapi juga melalui pengaruhnya pada emosi dan kepercayaan diri anak. Anak-anak yang merasa didukung oleh keluarga, guru, dan teman sebaya cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan. Sebaliknya, interaksi yang negatif, seperti kritik yang berlebihan atau kurangnya dukungan, dapat menghambat perkembangan kognitif dengan menurunkan rasa percaya diri anak.
Integrasi Budaya dan Interaksi Sosial
Budaya dan interaksi sosial tidak dapat mempengaruhi perkembangan kognitif. Keduanya saling melengkapi dalam membentuk cara seseorang belajar dan berpikir. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dalam budaya kolektivis mungkin lebih cenderung belajar melalui kerja sama dalam kelompok, sementara seorang anak dari budaya individualis mungkin lebih memilih pendekatan belajar mandiri.