Mohon tunggu...
Ayip Tayana
Ayip Tayana Mohon Tunggu... Nahkoda - Keterangan

Bukan Pejuang Kata

Selanjutnya

Tutup

Money

Mendukung Faisal Basri Menutup Industri Rokok

22 Februari 2017   13:28 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:26 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai Bapak Faisal Basri yang terhormat, tahukan Anda jika rokok pernah disebut sebagai sebuah jalan keluar untuk meninggalkan narkoba? Bahwa rokok bisa menjadi bagian dari rehabilitasi dari mereka yang ketergantungan narkoba? Saya rasa tidak. Atau mungkin anda memang tidak mau tahu.

Begini, bapak Faisal Basri yang terhormat, bahwa narkoba memang menjadi musuh bagi bangsa ini. Bahwa narkoba harus diberantas, tentu Presiden Joko Widodo memiliki semangat itu. Tapi menyamakan narkoba dan rokok adalah hal lain. Apalagi menyatakan rokok sebagai jembatan emas menuju narkoba.

Apakah semua perokok menggunakan narkoba? Saya rasa tidak. Apakah semua pengguna narkoba adalah perokok? Saya rasa juga tidak. Karena itu tak mungkin kedua hal itu disamaratakan, dipaksa menjadi sama.

Saya tahu bapak tidak menyukai rokok. Saya pun memiliki banyak teman yang bukan hanya tidak merokok, tapi juga tidak menyukai rokok. Bahkan bila terpapar asap rokok, mereka bisa batuk-batuk bahkan sesak nafas. Ya, ada orang-orang yang seperti ini dalam hidup kita.

Tapi tahukah, wahai bapak Faisal Basri yang terhormat, mereka tidak pernah menjauhi saya apalagi membenci saya. Mereka tidak suka rokok, dan tidak merokok. Mungkin mereka juga tak ingin anak-anaknya merokok. Tapi mereka tak lantas menjadi alergi terhadap keberadaan rokok.

Saya dan teman-teman tak pernah punya masalah meski kami berbeda. Semua kami lalui bersama, dengan kesadaran untuk menghormati masing-masing kami. Tak ada teman yang tidak merokok terganggu karena asap rokok, pun tak pernah teman-teman mengganggu kami yang merokok.

Melindungi anak-anak dari adalah semangat yang Anda kemukakan ketika menolak Rancangan Undang-undang Pertembakauan. Saya pun sepakat, anak-anak harus dilindungi dari rokok. Mereka belum dewasa, belum dapat memikul tanggung jawab dari seorang perokok. Lagipula, mereka sama saja seperti masyarakat lainnya, harus terjamin haknya sebagai warga negara untuk tidak terpapar asap rokok.

Warung-warung masih menjual rokok pada anak-anak, memang. Semestinya hal ini menjadi catatan bagi setiap pihak, pemerintah juga penjual, bahwa mereka yang belum berusia 18 tahun tak boleh membeli rokok. Harusnya satgas anti rokok yang diwacanakan beberapa pemda fokus membenahi hal ini.

Kalaupun mau menjauhi anak dari rokok mari berikan pemahaman dan edukasi terhadap mereka. Bukan cuma menakuti dengan cerita seram. Lakukan juga edukasi pada para penjual, jangan cuma paksa mereka untuk menghentikan promo rokok di warungnya. Jangan paksa mereka berhenti menjual rokok.

Karena memang rokok adalah produk yang legal. Segala hal tentangnya sudah ada aturan. Iklan pun sudah dibatasi waktu penayangannya, dan harusnya bapak Faisal Basri yang terhormat mengetahui itu. 

Yang patut bapak ingat, rokok dan tembakau memiliki peran besar bagi negara. Saya juga yakin bapak tahu kalau tembakau merupakan komoditas nasional yang memiliki potensi ekonomi yang teramat tinggi. Hingga diperlukan sebuah peraturan yang membahas persoalan tembakau ini agar tak lagi menjadi persoalan bagi setiap anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun