Mohon tunggu...
Ayin Tripuan Maharani
Ayin Tripuan Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Airlannga

Selanjutnya

Tutup

Love

Keputusan Child Free, Baik atau Buruk?

17 Mei 2023   16:50 Diperbarui: 17 Mei 2023   16:57 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak bukanlah investasi jangka panjang. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk orang tua jaga, rawat, dan sayangi dengan sepenuh hati. Sering kali kebanyakan orang beranggapan "banyak anak banyak rezeki". Anggapan tersebut benar karena Tuhan akan selalu memberikan rezeki pada hamba -- hambanya. Namun anggapan tersebut menjadi tidak benar apabila sepasang suami istri memperbanyak anak atau keturunan tanpa mempertimbangkan faktor eksternal seperti kondisi kesehatan, finansial, hingga kondisi psikis dalam rumah tangganya.

Ada beberapa pasangan yang mungkin menyadari kekurangan mereka pada faktor kesehatan. Entah diantara salah satunya memiliki penyakit yang nantinya membahayakan atau dapat menurun kepada si anak, maka mereka memutuskan childfree. 

Karena apabila anak tersebut terlahir, anak tersebut akan menanggung penyakit turunan tersebut seumur hidup yang bahkan mungkin mengancam nyawanya. Ada juga beberapa pasangan yang mungkin memutuskan childfree dikarenakan kondisi mental seperti trauma masa kecil. Semasa hidup tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya atau bahkan mendapat kekerasan yang membuatnya memutuskan childfree agar kelak anaknya tidak mengalami hal serupa.

Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan memiliki anak. Karena lingkungan sangat memengaruhi perkembangan seorang anak nantinya. Bagaimana ia bertumbuh, bagaimana cara ia berpikir, dan bagaimana kesehatan fisik dan mentalnya, itu semua dipengaruhi oleh faktor utama yaitu orang tua. Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Oleh karena itu, persiapan yang matang serta komunikasi antar kedua belah pihak sangat diperlukan dan menjadi penentu bagaimana generasi selanjutnya akan terlahir.

Sementara itu, ada beberapa alasan pro mengenai childfree yang bisa menjadi pertimbangan bagi seseorang dalam memutuskan untuk hidup tanpa anak. Pertama, tidak memiliki anak memberikan kebebasan dan fleksibilitas untuk mengejar kepentingan pribadi seperti bekerja lebih keras, bepergian, atau mengejar hobi dan kegiatan lainnya. Kedua, tanpa memiliki kewajiban untuk mengurus anak, seseorang memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk fokus pada karir mereka dan mencapai tujuan profesional yang lebih tinggi. 

Ketiga, mengasuh anak membutuhkan banyak energi dan stres, sehingga tanpa memiliki anak, seseorang dapat menghindari stres tersebut dan menikmati hidup yang lebih damai dan santai. Terakhir, hidup tanpa anak bisa menjadi kesempatan bagi seseorang untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat dan dunia di sekitar mereka, seperti melalui kegiatan sosial, membantu organisasi nirlaba, atau menjadi sukarelawan di berbagai tempat.

Sebaliknya, ada beberapa alasan kontra mengenai childfree yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memutuskan untuk hidup tanpa anak. Pertama, tidak memiliki anak dapat membuat seseorang kehilangan pengalaman hidup yang unik dan bermakna, seperti melihat anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa. Kedua tidak memiliki anak dapat membuat seseorang kehilangan hubungan keluarga dan keturunan, sehingga bisa mengurangi rasa kebersamaan dan dukungan keluarga.

Ketiga, beberapa orang mungkin merasa tekanan sosial dan stigma terkait dengan keputusan tersebut, sehingga dapat menyebabkan perasaan terasing, rasa tidak adanya dukungan, dan kesulitan menjelaskan dan mempertahankan keputusan mereka. Beberapa orang yang memilih hidup childfree merasa perlu untuk terus membenarkan atau mempertahankan pilihan mereka di hadapan orang lain, dan itu bisa menguras energi dan menimbulkan ketidaknyamanan emosional.

Keempat, seseorang juga bisa kehilangan kemampuan untuk mewarisi harta keluarga serta meneruskan nama keluarga mereka ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu, memutuskan untuk tidak memiliki anak bisa menjadi sebuah keputusan yang kompleks dan berdampak pada kehidupan seseorang secara keseluruhan.

Masyarakat memiliki pandangan yang sangat beragam tentang childfree. Beberapa orang memilih untuk memiliki anak karena merasa bahwa memiliki anak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan mereka dan menjadi bagian dari tujuan hidup mereka, sementara yang lain memilih untuk hidup tanpa anak demi mengejar kebebasan, karier, dan kepentingan pribadi mereka. Namun, tak jarang juga masyarakat memberikan tekanan terhadap individu yang memilih untuk hidup tanpa anak, menyebabkan stigma sosial yang dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dalam memilih hidup tanpa anak.

Saya berpendapat bahwa dalam konteks yang sangat personal ini, sulit untuk mengambil sikap mutlak tentang mana yang lebih baik atau buruk. Namun, penting untuk memahami alasan di balik keputusan seseorang dalam memilih untuk hidup dengan atau tanpa anak. Memilih untuk hidup childfree bukanlah keputusan yang mudah, dan orang yang memilih untuk hidup tanpa anak biasanya telah mempertimbangkan dengan matang berbagai faktor, termasuk kebebasan, keuangan, karier, kesehatan, dan tanggung jawab.

Oleh karena itu, dalam opini saya, penting untuk menghormati pilihan individu dalam memilih untuk hidup childfree atau memiliki anak. Kita harus belajar untuk tidak menilai atau merendahkan pilihan orang lain dan membantu mengurangi stigma yang sering kali menimpa mereka yang memilih hidup tanpa anak. Sebaliknya, kita harus menumbuhkan sikap saling menghormati dan saling mendukung satu sama lain, membiarkan setiap individu memilih jalur hidup yang sesuai dengan nilai dan prioritas pribadi mereka.

Kesimpulannya, hidup dengan atau tanpa anak merupakan pilihan yang sangat personal dan kompleks, dan setiap individu memiliki hak untuk memilih. Yang terpenting adalah kita harus saling menghormati dan tidak memandang rendah pilihan orang lain, dan menghindari mengambil sikap mutlak bahwa salah satu pilihan lebih baik atau buruk dari yang lain. Dengan sikap saling menghormati dan dukungan sosial, kita dapat menciptakan masyarakat yang inklusif dan ramah anak, tempat setiap individu dapat merasa nyaman dalam memilih jalur hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun