Sedangkan kemakmuran yang berkeadilan ini, berakar dari pertumbuhan sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. Persoalan pangan menjadi persoalan yang sangat vital, hal ini diingatkan juga oleh presiden pertama kita saat peletakan batu pertama gedung IPB pada tanggal 27 April 1952 yang terus terngiang dalam memori nasional, bahwa: "...Rakyat Indonesia akan mengalami celaka, bencana, dan malapetaka, dalam waktu yang dekat kalau soal makanan rakyat tidak segera terpecahkan. Sedangkan soal makan rakyat ini bagi kita adalah soal HIDUP dan MATI..."-Ir. Soekarno.
Jadi pertanyaan kapan menanam Pohon Kemakmuran Indonesia ini? Jawabnya, oleh karena syarat tumbuhnya sudah memenuhi, maka saatnya pemerintah beserta rakyat seumumnya berjibaku menyegerakan upaya peningkatan kesejahteraan para petani melalui optimalisasi tata kelola sektor pertanian, perikanan, dan peternakan yang terintegrasi secara penuh.Â
Saya sangat meyakini bahwa hal ini pasti berhasil karena dalam skala kecil, hal ini sudah terbukti. Artinya, pola pembuktian sudah ada. Saya sangat menyadari bahwa Ilmu atau konsep yang benar adalah konsep yang didukung oleh bentuk contoh dan data lapangan. Mari optimisme kemakmuran Indonesia, kita bangun. Kita meyakini, bahwa sejatinya pohon kemakmuran itu adalah Rakyat Indonesia sendiri yang merindukan kemakmuran sesuai dengan harapan Penciptanya.
Pernyataan K.H. Ma'ruf Amin, pada saat menghadiri acara Konsolidasi Organisasi Menjelang Satu Abad Nahdlatul Ulama yang digelar di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (15/9), tidak hilang dari benak saya. Menurut Kiai Ma'ruf, berdasar pada sila kelima itulah arus baru ekonomi Indonesia akan berusaha mengikis berbagai disparitas antara kaum pemilik modal besar dengan pemodal kecil, antara produk global dan lokal, serta antara yang kaya dan yang miskin.Â
Beliau menegaskan bahwa Pada hakikatnya arus baru ekonomi Indonesia berakar dari sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pernyataan ini merupakan reinforcement terhadap apa yang saya yakini dan terhadap apa yang telah, sedang, dan akan saya kerjakan dalam membangun cita besar kemakmuran ini melalui peningkatan produktivitas para petani hingga 35%, dengan menggunakan temuan baru Teknologi Nutrisi Esensial yang sudah diuji coba selama satu tahun lebih di 16 provinsi dalam skala kecil dan terbukti BERHASIL.Â
Saya sangat optimis, dengan kegiatan ini, 3 sampai dengan 5 tahun ke depan, Ketahanan Pangan Nasional Indonesia akan segera terwujud. Kegiatan uji coba ini terselenggara dengan TIDAK menggunakan anggaran APBN/APBD, cukup dengan Regulasi dari pemerintah melalui instansi-instansi terkait.
H. Ayep Zaki
Pemberdaya UMKM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H