Setiap kepala memiliki cetakan pikiran yang berbeda-beda. Antara pola pikiran saya dengan yang lain tentu berbeda. Dan pengalaman yang berbeda  dengan orang lain yang saya alami atau antara seseorang dengan orang lainnya-lah yang akan membuat seseorang memiliki suatu pandangan yang berbeda atau tidak dimiliki pada orang lain. Pun sebaliknya.
Suatu pandangan diterima seseorang karena pandangan tersebut dapat menjawab pertanyaan 'mengapa' dalam permasalahan hidupnya. Dan permasalahan hidup seseorang berbeda-beda tergantung pada pengalaman yang pernah dialami. Dengan adanya kesamaan pengalaman pada beberapa atau sedikit hal akan menjadi sebab untuk pandangan yang kita miliki dapat diamini oleh orang lain.
Dan hal tersebut, pengetahuan kita mengenai pengalaman yang sama pada seseorang, berjalan secara natural. Kita tidak memiliah orang mana yang pas kita beri pandangan kita. Namun, kita merasa dengan perasaan kita pada suatu periode tertentu bahwa seseorang dapat kita beri informasi yang kita miliki.
Maka manusia tidak dapat memaksakan pandangannya kepada orang lain. lewat suatu komunikasi langsung yang intensif harus ada ketepatan frekuensi yang tepat mengenai emosional sendiri dengan orang lain yang memang tepat untuk melontarkan ide kita.
Tentu tidak di sembarang waktu dan tempat kita bisa sekehendak hati melontarkan ide. Harus pada timing yang tepat. Dan itu semua berjalan secara alamiah, bukan atas dasar rencana kita yang sudah kita atur secara plek. Itu semua mengalir ketika kita mampu berdiskusi dengan orang lain dengan diri yang jujur dan terbuka.Â
Yang tertawa dengan tawa yang dalam. Menertwakan realita yang jujur. Tidak dipenuhi dengan keseakan-akanan dan bukan pula tawa yang dangkal yang bertujuan demi tawa itu sendiri. Namun tawa yang adalah akibat dari suatu pandangan terhadap realita.
Ketika kita dapat jujur dan terbuka ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita akan berkomunikasi tanpa kita harus bertopeng. Kita tidak harus banyak berbasa basi agar orang lain menyukai kita. Kita menjadi apa adanya. Dan mungkin akan menjadi semakin mengecil lingkup pertemanan. Namun kita akan berteman secara kualitas, bukan kuantitas.Â
Kita akan merasa sangat-sangat bebas dengan pertemanan lingkup kecil ini. Karena mereka tidak akan menuntut kita melakukan ini atau melakukan itu untuk tetap melangsungkan hubungan pertemanan. Dan bahkan mereka dan juga kita pun sudah biasa untuk mengatakan 'tidak' tanpa ada rasa tidak enak dalam batin. Karena memang kita sudah terbiasa jujur. Dan mereka sudah memahami bagaimana karakter kita sebenarnya.Â
Pun begitu dengan kita. Sikap jujur dan terbuka kita sudah menjadi filter bagi siapa saja yang memang dapat menerima kejujuran dan keterbukaan kita. Menerima kita apa adanya.
Mengapa kita harus melakukan segala sesuatu dengan bebas dan terbuka dan tanpa hanya sebatas bertopeng? Karena Kita musti mengisi waktu-waktu yang ada dengan segala hal yang berkualitas.Â
Segala yang berkualitas adalah segala yang akan menghasilkan kepuasan yang dicapai melalui keterbukaan dan kejujuran diri kita sendiri. seperti mengerjakan potensi diri, hobi atau berbincang dengan orang-orang yang terdekat yang mana kita saling memahami.Â