Mohon tunggu...
Ayda Idaa
Ayda Idaa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pembelajar yang tidak ada hentinya. Singkatnya, I am absolutely just a lady. Salam rahayu. www.aydaidaa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Anak-anak "Menampar" Wajah Pak Menteri

16 Mei 2014   00:12 Diperbarui: 4 April 2017   16:53 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik





gama dan persatuan bangsa untuk kemajuan p



eradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Berpedoman pada pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa setiap warga berhak mendapat pendidikan, saya mengharapkan segala akan terwujudnya pasal ini. Bahwa tidak ada lagi anak-anak yang buta calistung (Baca, Tulis dan Hitung). Banyak cerita dari kawan-kawan aktivis di pelosok, ternyata anak-anak yang putus sekolah usia SD itu tidak hanya hitungan jari tapi masih sangat banyak. Sekolah gratis yang digadang pemerintah ataupun bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) nyatanya belum mampu memenuhi target. Saya bukan mengatakan bahwa jajaran pemerintah belum bekerja, namun hasilnya belum maksimal. Hal ini membutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya. Saya sadar benar bahwa saya tidak bisa hanya dengan terlalu banyak mengkritik atau koar-koar tanpa melakukan sesuatu. Kritik tanpa usaha bagi saya adalah omong kosong.

Bapak Menteri yang arif budiman bersahaja, panggilan saya ini bukanlah hendak menjatuhkan wibawa Anda melainkan do'a-do'a yang saya harapkan menjadi pribadi Anda. Bapak, kami hanyalah orang-orang kecil yang tidak memiliki wewenang dalam roda pendidikan yang lebih lebar apalagi status sosial hanya seorang TKW yang sering direndahkan oleh orang-orang TERHORMAT di negeri sendiri. Saya ingin meneriakan bahwa TKW itu bukan teroris, tidak perlu jijik. Apalagi pemberitaan yang hanya mem-blow up kelakuan buruk orang-orang berprofesi seperti saya.

Bersama kawan-kawan aktivis ApiKita-HK (Aspirasi Pelajar Indonesia Kita, Hong Kong) saya berusaha sebisa mungkin tidak fokus dengan anggapan itu. Meski jauh  kami akan ikut serta mewujudkan terlaksananya pasal 31 diatas sebagai tanda kecintaan kami terhadap tanah air Indonesia. Pendidikan adalah tiang utama untuk merubah suatu peradaban bangsa jika hancur sebuah pendidikan maka hancurlah masa depan bangsa tersebut. Meski sulit, meski susah tapi bagi saya tidak ada hal yang tidak mungkin bisa dirubah. Pesimis adalah pemikiran yang hanya melahirkan kemalasan. Kami memiliki beberapa program untuk adik-adik di tanah air diantaranya adalah pembagian beasiswa, gerakan 100buku dan gerakan 999seragam SD. Bekerja sama dengan para aktivis pendidikan di daerah untuk merealisasikan kegiatan ini. Setiap hari semakin banyak kawan-kawan yang menghubungi saya ingin bergabung dalam Gerakan $1 Sehari Bersama ApiKita-HK, yaitu sebuah gerakan menyisihkan sebagian pendapatan sebesar minimal $1 yang dikumpulkan pada minggu ke 3 setiap bulan. Celengan yang terkumpul inilah yang kami salurkan untuk beasiswa dan bantuan 100Buku setiap bulannya. Apakah Pak Mohammad Nuh pernah mendapati laporan dari staff kementerian bahwa bantuan pemerintah tidak merata? Masih sangat banyak adik-adik yang membutuhkan namun tidak tersentuh sama sekali. Diantaranya Nusa Tenggara Timur, Pelosok Kendari, Tuban, Malang, Subang, Medan dan terlebih Papua. Bapak yang saya hormati, kepada siapa lagi jika bukan bapak hendak saya tujukan tulisan ini? Selaku bapak bagi anak-anak di negeri ini, setidaknya bapak memiliki 1001 jalan dibandingkan kami. Rasa iba dan bersalah selalu muncul manakala saya mendapati curahan hati para aktivis di tanah air bahwa memang masih sangat banyak P.R untuk negeri ini. Berikut beberapa adik-adik diantaranya yang bisa kami rangkul saat ini.

1400143137379031934
1400143137379031934
Salah satu penerima Beasiwa ApiKita-HK di Pati. Foto : Sri Endangsih.
14001434251514586819
14001434251514586819
Penerima Beasiswa dari Magetan. Foto : Arif P/Pamela
14001435221700736942
14001435221700736942
Penerima beasiswa ApiKita-HK dari Kendal. Foto : Diani

[caption id="attachment_307145" align="alignnone" width="640" caption="Penerima Beasiswa dari Rote Ndao, NTT. Foto: Adu Ensri."]

1400144324759832681
1400144324759832681
[/caption]

[caption id="attachment_307147" align="alignnone" width="960" caption="Penerima beasiswa dari Medan. Foto : Rendra Anggara"]

14001444971593781921
14001444971593781921
[/caption]

[caption id="attachment_307150" align="alignnone" width="960" caption="Penerima dari Malang. Foto: Agus Santoso"]

1400145190664412786
1400145190664412786
[/caption]

[caption id="attachment_307151" align="alignnone" width="960" caption="Salah satu penerima Gerakan 100Buku di Kebumen. Selain Kebumen masih ada dari Kendari, Tuban, Jember, Kendal, Bandung dan lainnya. Foto: Bang Yos"]

14001452481882750055
14001452481882750055
[/caption]



Saya tidak mengharapkan penghargaan apapun, hanya ingin menebar semangat untuk berbagi. Bahwa dimana pun dengan cara apapun ketika kita mau berusaha berbakti untuk negeri maka Allah akan menuntun dan menunjukkan jalan kemudahan itu. Bapak Mohammad Nuh yang saya muliakan, adik-adik diatas hanyalah beberapa contoh dari ribuan anak yang belum mendapat sentuhan bantuan apapun dari diknas dan pemerintahan. Banyak cerita dibalik cerita yang memilukan, siapalah yang peduli jika bukan kita? Akan lebih menyayat ketika saya mendapat kiriman foto-foto dari Sdr. Maruntung Sihombing, inikah implementasi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia? Ketika para wakil rakyat sibuk dengan urusan kampanye caleg (kemarin) dan pilpres bulan Juli nanti maka banyak pula anak-anak di pelosok yang terlewatkan, luput dari sentuhan dan perhatian. Akankah mereka hanya diperlukan sebagai bagian untuk sekedar mengajukan dana pendidikan? Maulah sekiranya Bapak menyampaikan kepada dewan yang terhormat, jangan hanya melakukan study banding ke luar negeri. Tetapi seharusnya kita "berbelanja" perkara apa yang dibutuhkan untuk perbaikan negeri ke tanah pelosok yang tidak disorot media. Saya menunduk malu, meneteskan airmata pilu ketika menyaksikan dua bocah ini.

[caption id="attachment_307152" align="alignnone" width="720" caption="Adakah yang bisa menyebutkan siapa tokoh di kaos adik ini? Foto: Maruntung Sihombing"]

14001459721366872200
14001459721366872200
[/caption]

Allah, Allah, Allah! Dua bocah ini hanya memerlukan kain menutup tubuh mungilnya, tanpa ada rasa perlu tahu siapa tokoh di kaosnya. Kenal pun tidak, barangkali. Bagi mereka kaos ini cukup untuk membungkus kulitnya. Adakah yang ingin Bapak katakan setelah melihatnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun