Mohon tunggu...
Arie Yanwar
Arie Yanwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya seorang rakyat yang peduli kepada negerinya tercinta

Menulis sebagai bentuk apresiasi pada pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Melahirkan di Inggris (2): "The Power of Emak-emak"

4 Juni 2018   05:52 Diperbarui: 4 Juni 2018   10:38 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai bayangan, kardiotograf yang di tempel ke perut istri saya menampilkan banyak bacaan angka untuk kontraksi di mana angka 0 untuk tidak sakit sama sekali sampai angka 127 yaitu maksimum angka terdeteksi dan saya baca. Tapi baru angka 30an saja, istri saya sudah megap-megap dan begitu mencapai 40 harus sudah menghirup gas. Hmmm... gimana 127 ya dan hampir setiap kontraksi mencapai angka segitu.

Sekitar jam 11 malam, dokter memutuskan untuk memecah ketuban supaya posisi si bayi ikut turun.

Dia juga memakaikan elektroda ke kepala bayi sehingga denyut jantung si bayi bisa langsung dimonitor. Dengan kata lain, selain menggunakan alat sebesar sedotan untuk memecah ketuban ada alat lagi yang sebesar sedotan buat minum coca cola porsi jumbo di McD dimasukan kejalan lahir si bayi di mana elektroda yang ditempel ke kepala bayi kira-kira sebesar koin Rp 100 lah plus kabel tipis mengular keluar disambungkan ke kardiotograf. Sungguh bukan pemandangan yang menyenangkan mana habis buka puasa lagi.

Air ketuban pun terus keluar, tapi bidan selalu mengganti taplak yang menjadi alas, dan bahan untuk taplak ini sama dengan bahan untuk popok bayi jadi halus dan sekali pakai langsung buang sehingga terjamin kebersihannya.

Enggak terhitung berapa taplak yang digunakan untuk proses kelahiran, tapi yang jelas bidan nya benar-benar professional dengan menjaga higienitas dan memastikan taplak yang dipakai selalu bersih dan kering. Penggunaan sarung tangan pun hanya sekali pakai dan setiap melakukan aktifitas yang mengharuskan kontak dengan bagian bawah selalu menggunakan sarung tangan baru walaupun aktifitas yang dilakukan cuma sekedar ganti taplak.

Bidan juga selalu mendampingi kami, kecuali pada saat dia perlu keluar termasuk ketika membuatkan teh untuk saya dan istri. Pokoknya kerjaan si bidan pas lahiran termasuk palu gada (apa lu mau gua ada) dan kardiotograf pun di monitor juga di ruang utama bidan jadi kami pun tidak cemas apa bila terjadi sesuatu pada saat bidan lagi gak ada. Selain profesional, pelayanan di RS juga terstandarisasi jadi tidak perlu 1 pasien ditangani oleh dokter/bidan tertentu. 

Bidan yang memeriksa istri saya selalu berbeda, tidak pernah sama kecuali bidan poliklinik. Tapi kemampuan semua bidan sama dan semua tahu apa yang terjadi dengan pasien (istri saya). Sehingga walau bidan berbeda, saya tidak pernah mendapat pertanyaan konyol seperti orang yang gak tahu apa-apa. Semua sudah paham histori serta kondisi si pasien sehingga sudah siap untuk berbagai skenario yang mungkin terjadi. 

Jam 1 pagi, bidan pun memberi komando, "If you have an urge to push, than push" tanda waktu buat si bayi untuk segera keluar. 

Terus terang kami tidak tahu apakah pembukaan telah sempurna atau belum, tapi yang jelas komando telah diberikan, yowes manut aja.

Bidan siap di posisi dan munculah kontraksi yang ditunggu. Kepala bayi sudah mulai keluar sebagian, eh tiba-tiba kontraksinya mereda, masuk lagi deh. Bidan pun berkata, "you're doing great, excellent, one more" sambil ngomenin si bayi "she's so stuborn, doesn't want to come out do you". Saya ya diam saja sambil manut-manut.

Dan kontraksi kedua muncul, kali ini kepala bayi sudah keluar, tapi tiba-tiba kontraksi mereda lagi. Terus terang saya bingung juga mau ngomong apa ke istri, masa iya mau bilang bayinya nyangkut di bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun