Mohon tunggu...
Ayatullah Nurjati
Ayatullah Nurjati Mohon Tunggu... Guru - penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Pernah ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan Sastra KOPLIK Ciputat, Pernah bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar terkemuka di Jakarta dan daerah. Pernah menjadi Ketua wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Jakarta Barat 2. Pernah mengajar terbang di Beberapa Kampus Terkemuka di Jakarta. Saat ini menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri di Bilangan Jakarta Barat. Sedang menulis sebuah kumpulan cerpen (berujung besi) dan menyelesaikan Novelnya yang berjudul Cinta Cyber--Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Toko Buku Tamak

14 Oktober 2021   06:37 Diperbarui: 14 Oktober 2021   06:46 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ia menemukan tempat yang pas untuk melihat-lihat tibalah kini buku-buku yang ia inginkan, walaupun terkesan mahal akan tetapi yang terpenting adalah dia dapat menelannya mentah-mentah dan yang pasti dia  akan mencari tempat yang strategis untuk membacanya. Tampak dua orang pekerja counter memperhatikannya dari kejauhan. 

Dan tak lama keduanya menginterogasi Naufal agar pergi dari tempat itu. Alangkah bodohnya sang security itu yang hanya tahu mengais keindahan lewat kerjanya yang sembrono yang dengan terpaksa mengusir Naufal karena mengidap penyakit bacaan atau memang dikarenakan Naufal tidak mampu untuk membelinya. Patung-patung berdiri tegar dan siapapun anda, terkesima oleh cover indah buku itu apalagi kemolekan tempatnya.           

Lebih baik menjadi macan perpustakaan daripada menuju tempat itu, kalau saja security itu berbudi tentu hasilnya akan menggembirakan.Tetapi toko buku tamak bergejolak karena melonjak harganya, Naufal bergumam dalam hati.

Meraih kepintaran itu sulit, butuh ransum kepekaan dan materialisme kemapanan. Profesor, businessman, anak-anak lajang kaya raya akan mudah menjadi cerdas karena terlalu kerap menelan keindahan itu.

Sementara Naufal yang menjadi mahluk gembel akan terusir dari peradaban dan tak akan mencerap keindahan buku itu. Memang toko buku elit, yang datang adalah orang elit, bukan mahluk sembelit apalagi sulit. 

Toko buku tamak adalah diperuntukkan untuk mereka yang berdasi bukan mereka yang berbusana compang-camping, Kalau Naufal berpikir ternyata memang selalu ada distorsi dan kelas hitam---putih untuk datang ke sana.

Tanjung Duren November 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun