Mohon tunggu...
Ayatullah Nurjati
Ayatullah Nurjati Mohon Tunggu... Guru - penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Pernah ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan Sastra KOPLIK Ciputat, Pernah bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar terkemuka di Jakarta dan daerah. Pernah menjadi Ketua wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Jakarta Barat 2. Pernah mengajar terbang di Beberapa Kampus Terkemuka di Jakarta. Saat ini menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri di Bilangan Jakarta Barat. Sedang menulis sebuah kumpulan cerpen (berujung besi) dan menyelesaikan Novelnya yang berjudul Cinta Cyber--Sastra

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perjalanan Pendidikan Indonesia Masa Pandemi: Kilas Balik Lockdown hingga PPKM

5 September 2021   06:39 Diperbarui: 5 September 2021   06:48 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengeluara pendidikan juga dapat dikompromikan di tahun-tahun mendatang. Karena dana publik darurat mungkin diarahkan ke kesehatan dan kesejahteraan sosial, pengeluaran publik jangka panjang untuk pendidikan berisiko meskipun paket stimulus jangka pendek di beberapa negara. Pendanaan swasta juga akan 

menjadi langka karena ekonomi melemah. Lebih merusak lagi, lock down telah memperburuk ketidaksetaraan di antara pekerja. Sementara teleworking sering menjadi pilihan untuk yang paling berkualitas, jarang mungkin bagi mereka dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, banyak dari mereka telah berada di garis depan dalam menanggapi pandemi, memberikan layanan penting kepada masyarakat. [4]

Pandemi ini menyerang segala lini sektor baik formal ataupun informal baik dari segi Politik, Ekonomi, sosial dan Budaya dan lainnya tidak terkecuali di dunia pendidikan baik di negara-negara lain di belahan dunia ataupun Indonesia. 

di Indonesia sendiri akibat dampak Pandemi tersebut banyak sekali sekolah yang harus mencari solusi untuk terus mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan sistem Pembelajaran Online Semua peserta didik dan guru harus benar-benar belajar memaksimalkan teknologi dengan menggunakan platform yang ada, baik gratis, non-pemerintah, global yang sudah tidak asing lagi bagi peserta didik dan pendidik karena penggunaannya yang sangat mudah seperti platform Google Classroom, Zoom Meeting, Google Meet, whatsap, Sevima.Edlink. 

Moodle, Edmodo dan Schoology atau Platform Learning Management System (LMS) diluncurkan khusus oleh pemerintah mulai dari Rumah Belajar, TARA Online dan masih banyak lagi. [5]

Di awal fase pandemi pada bulan Maret 2020 sampai dengan Februari 2021 Hal tersebut otomatis menjadi kendala dalam Kegiatan belajar mengajar Jarak Jauh (PJJ Online), dimana ketika melakukan praktek tersebut menggunakan kuota internet baik wifi atau penyedia seluler yang cukup besar karena di dalamnya menggunakan platfoam Youtube, Google Meet atau baik bagi peserta didik ataupun para guru Agama Islam. 

Hal tersebut sudah mulai teratasi dengan bantuan pemerintah yaitu berupa quota gratis internet melalui dapodik yang disalurkan ke sekolah masing-masing melalui provider kartu seluler yang ada yang telah digelontorkan pemerintah pada tanggal 11-15 Maret, April dan Mei 2021. [7]

Selanjutnya Untuk masalah Pembelajaran Jarak Jauh/Online sudah mulai teratasi dengan adanya ketentuan baru dari Pemprov DKI Jakarta yang bakal melakukan uji coba atau pilot project sekolah tatap muka secara terbatas. 

Kegiatan ini berlangsung mulai 7 hingga 29 April 2021. Seperti yang dilangsir oleh detiknews.com yang disahkan oleh Ibu Nahdiana selaku kepala dinas Pendidikan DKI Jakarta yang menyatakan adanya 100 sekolah yang akan menjalani piloting project. 

Nantinya, setiap sekolah yang lolos asesmen diperbolehkan menyelenggarakan belajar tatap muka. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan dan didukung penuh oleh Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Satria. [8]

Fakta tersebut ditopang oleh keputusan yang ditetapkan empat menteri RI melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) yaitu Empat menteri itu di antaranya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Agama; Menteri Kesehatan; dan Menteri Dalam Negeri sudah mulai berjalan maksimal di masa-masa new normal Seperti diketahui, program Piloting atau lebih dikenal dengan Pertemuan Tatap 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun