"...Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengarkan tentu akan menjumpai panah api yang mengintai." (QS. 72:9)
Dalam hal ini saya mengasumsikan bahwa yang disebut dengan lapisan langit pada Muntaha itu adalah berupa planet-planet yang terdekat dengan "bumi-muntaha", hal ini saya hubungkan dengan pernyataan Qur'an pada surah 72:9 bahwa Jin atau Iblis itu dapat menduduki beberapa tempat.
Mampu menduduki tempat disana artinya mampu berdiam ditempat tersebut, dan karena tempat itu ganda (beberapa tempat), maka jelas tempat itu bukan Muntaha itu sendiri, namun tempat yang terdekat dari Muntaha.
Sesuai dengan kajian saya sebelumnya, bahwa Muntaha itu berupa bumi yang disekitarnya juga terdapat planet-planet, maka planet-planet itulah tempat atau posisi para syaithan itu berdiam dahulunya untuk mencuri dengar berita-berita langit.
Muntaha sendiri berarti "Dihentikan" atau bisa juga kita tafsirkan sebagai tempat terakhir dari semua urusan berlabuh. Tempat yang menjadi perbatasan segala pencapaian kepada Tuhan.
Sidrah berarti "Teratai" yaitu bunga yang berdaun lebar, hidup dipermukaan air kolam atau telaga. Uratnya panjang mencapai tanah dasar air tersebut. Bilamana pasang naik, teratai akan ikut naik, dan bila pasang surut diapun akan turun, sementara uratnya tetap terhujam pada tanah dasar tempatnya bertumbuh.
Teratai yang berdaun lebar menyerupai keadaan planet yang memiliki permukaan luas, sungguh harmonis untuk tempat kehidupan makhluk hidup. Teratai berurat panjang mencapai tanah dasar dimana dia tumbuh tidak mungkin bergerak jauh, menyerupai keadaan planet yang selalu berhubungan dengan matahari darimana dia tidak mungkin bergerak jauh dalam orbit zigzagnya dari garis ekliptik. Dan air dimana teratai berada menyerupai angkasa luas dimana semua planet yang ada mengorbit mengelilingi matahari.
Atau bisa juga kita tafsirkan bahwa teratai berurat panjang mencapai tanah dasar adalah sebagai tempat dimana segala urusan keTuhanan diatur oleh Allah kepada para malaikatNya dan air dimana teratai berada itu adalah sebagai wilayah kekuasaan Ilahi yang Maha Luas yang biasa kita sebut sebagai 'Arsy Allah.
Turun naik teratai dipermukaan air berarti orbit planet mengelilingi matahari berbentuk oval, bujur telur, dimana ada titik Perihelion yaitu titik terdekat pada matahari yang dikitarinya, begitupula ada titik Aphelion, titik terjauh dari matahari. Sewaktu planet berada di Aphelionnya dia bergerak lambat. Keadaan gerak demikian membantu kestabilan orbit setiap planet yang mulanya hanya didasarkan atas kegiatan magnet yang dimilikinya saja.
Titik Perihelion Muntaha bisa kita tafsirkan dengan titik terdekat semua urusan, termasuk malaikat dengan Allah, dan titik Aphelion bisa kita tafsirkan sebagai turunnya urusan yang diembankan oleh Allah itu menuju kepada ketetapanNya yang berarti berada jauh meninggalkan Muntaha namun tidak berarti jauh dari Tuhan.
Selanjutnya, sebagaimana yang tercantum dalam AlQur'an, sesampai Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin di Muntaha itu, beliau bisa melihat malaikat Jibril kembali kedalam bentuknya yang asli (surah 53:13-14).
Ini berarti bahwa dalam perjalanan dari bumi hingga Muntaha, Jibril masih dalam wujudnya yang lain !