Merapalmu dalam kucuran hujan yang membasahi hingga cerita adalah kebiasaan yang kuinginkan
Juga ditengah terik binar-binar matahari yang sebagian orang merasa terbakar sebab hadir
Asal jangan muncul saja kawanan angin untuk menyapu rapalan bait-bait cintaku itu
Karena banyak pengantar yang telah kuciptakan untuk menyambutmu di Juni ini, kau cukup bersiap
Jika saja badai angin itu tiba-tiba menerjang lembar per lembar mukaddimah ini hilang tak berjejak
Padahal telah kusabarkan hati menantikan hari ini tiba, hari dalam bulan pertengahan cerita
Kepadamu yang menjadi susunan rapal do'aku segeralah berbalik
Rapalan itu tidak menuntutmu untuk membalas kerinduanku
Mereka tersusun dari hati yang rindunya terbata-bata dalam balutan waktu
Mereka ada sebagai media pengantar puan-Ku atas kekaguman
Bukan untuk dikasihani, apalagi meminta imbal jasa
Kepadamu yang hadir dibulan Juni, teriakan hujan dan jeritan matahari tak membuatku lelah
Untuk itu tinggalkanlah acuh dan angkuh itu sembari senja melapisi siang dan malam
Tunaikan saja janji hatimu yang telah kau abai beribu-ribu hari lamanya
Selagi masih ada hujan kau masih bisa mengenangku dalam derainya
Selagi masih ada terikan matahari kau juga masih bisa mencelaku seperti dendammu pada keputusan
Dan selagi semua itu kau rasa, rapal pula-lah namaku agar kau pandai melindungiku dari badai angin
Yang siap melahap penyambutanku.. Juni-Ku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H