“Aku tuh heran, kenapa sih mereka mau jodohin kita padahal hubungan mereka juga bukan keluarga dekat. Yang bersahabat juga Papa dan Mama kamu kan, ga masuk akal banget deh” Nuna menimpali lagi.
“Atau jangan-jangan mereka dulu dekat, eh seperti berpacaran gitu. Iya bukan sih” Tria mencoba menebak latar belakang perjodohan mereka dengan menerka hubungan kedua Ayah dan Ibu mereka.
Tria adalah anak ragil dari Mama Emilia dan suaminya yang merupakan pasangan hasil perjodohan keluarganya juga. Sedangkan Nuna, adalah anak Tengah dari Papa Sulistio dan istrinya yang kebetulan menikah dengan hasil perjodohan keluarganya juga. Tria dan Nuna hanya mengetahui bahwa mereka adalah pasangan yang berhasil meneruskan tradisi keluarga masing-masing meskipun sedikitpun tiada cinta yang terpatri dihati keduanya.
Kecurigaan mulai merasuki hati dan pikiran mereka berdua, sehingga menimbulkan ide untuk saling mencari tahu pada keluarga masing-masing. Dengan misi yang tidak mudah untuk di telusuri, Tria dan Nuna akhirnya bekerjasama untuk mencari kebenaran sesungguhnya, meskipun semua sudah terlambat paling tidak mereka menemukan jawaban yang mereka harapkan sehingga bisa dijadikan alasan kuat untuk menggugat keluarga mereka agar bersedia memisahkan keduanya dan kembali hidup normal seperti yang ada dalam bayangan Tria dan Nuna.
“Kita buat perjanjian aja Mas, gimana kalo kita sama-sama mencari tahu apa alasan terkuat mereka ngejodohin kita. Kalau akhirnya dugaan kita benar, mereka menjodohkan kita karena memang sudah tradisi keluarga ya kita harus terima mau ga mau tapi kalau ternyata ada alasan lain, itu yang kita pakai sebagai senjata untuk kita akhiri pernikahan ini.” Nuna menjelaskan.
“Kamu yakin, mau membatalkan pernikahan kita meski udah berjalan. Kamu ga mau mencoba untuk jatuh cinta sama aku?” Tria mengetes Nuna untuk mendapatkan jawaban pasti.
“Iyaa, aku yakin. Kalaupun kita berdua coba untuk saling cinta belum ada jaminannya juga apakah akan berhasil” Tukas Nuna.
“Oke deh, deal ya” kesepakatan terjalin. Sembari mencari tahu kebenarannya mereka tetap tidak banyak bicara meskipun itu hal penting kecuali hanya mengenai latar belakang perjodohan mereka saja.
Nuna sesekali menelpon sang Papa, memastikan Papanya tetap dalam keadaan sehat sebab telah jauh darinya. Memastikan sang Papa agar tetap rutin menjalani kehidupan yang sehat mengingat pesan Mama sebelum meninggalkan dunia untuk selamanya. Sesekali ia juga menggali-gali informasi tentang hubungannya dengan sang Mama mertua yang katanya adalah sahabat dekat.
“Papa sehat? Jangan lupa untuk terus olahraga ya biar tetap fit dan bugar” Nuna membuka cerita.
“Oh iya dong, mana mungkin papa lupa nak.. papa harus tetap sehat sampai tiba waktunya punya cucu biar masih bisa ajak cucu papa main sama-sama” Tegas Papa Tio. Sontak membuat Nuna terkejut sembari menggumam dalam hati “ih si papa, gimana mau ngasi cucu orang kita juga mau mengakhiri drama keluarga ini juga.”