Mohon tunggu...
Ayahauraa_
Ayahauraa_ Mohon Tunggu... Guru - As a ASN

Healing terbaik itu menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dari Surga

28 Februari 2022   16:35 Diperbarui: 28 Februari 2022   17:00 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “Kamu yang bener kalau ngasi kabar deeek..” Ruli bernada keras pada Dimas adik Lily.

            “Bener kak, ini lagi diproses untuk kepulangan kakak..” jawab Dimas.

            “Ya Allah,, kenapa secepat iniii...” balas Ruli sambil menangis tersedu.

            Untuk terakhir kalinya, Ruli melihat wajah Lily yang sangat cantik dan begumam “kamu sudah berjuang sekuat hati, kamu sudah jadi ibu yang memiliki tiket surga Liiii” sambil meratap.

            Pemakaman berlangsung dengan hikmat dan penuh haru mengingat sang bayi yang telah menjadi piatu sejak lahirnya ke dunia. Setelah pemakaman kosong, terlihat Ruli masih berada di sisi makam Lily, Wildan tiba-tiba menghampirinya dan memberikan sebuah buku note yang mengisyaratkan untuk dibaca oleh Ruli. Tanpa banyak berkata, Wildan segera meninggalkannya sendirian seolah masih dalam suasana berkabung atas kepergian istri tercintanya.

            Lily dengan tak sabar membuka note milik sahabatnya itu, membaca dengan sangat perlahan dan penuh harap bahwa Lily akan memberikan kenangan terbaik untuk persahabatan mereka. Beberapa saat kemudian, Ruli terdiam, terkejut hingga tercengang melihat pesan terakhir Lily yang tertuju untuknya.

“Ruli sayang, saat membaca ini aku berharap penuh kamu sedang dalam keadaan sangat merindukanku. Sama sepertimu, ketika menulis ini aku sangat tertarik untuk menyampaikannya hanya padamu. Seluruh keluargaku tidak ada yang tahu termasuk mas Wildan. Jadi besar harapanku kamu menerima permintaan ini sebagai kado terbaik saat aku melahirkan baby ku nanti.

Akhir bulan kemarin, jadwalku check kandungan. Dokter melihat ada yang tidak biasa dengan kehamilanku ini. Aku sering merasa sesak, dan tak bisa tidur nyenyak meski tidak terlalu kelelahan. Dalam pemeriksaan itu, aku mengalami komplikasi kehamilan yang biasa disebut dalam dunia kedokteran eklampsia. Aku disarankan untuk operasi oleh dokter tapi kamu tahu sendiri kan aku sangat takut dengan yang namanya operasi, jadi aku meminta untuk melakukan persalinan pervaginam (normal). Meski resiko sangat tinggi namun dokter akhirnya menyetujui dengan berat hati.

Hari ini, aku mungkin sudah berhasil melahirkan bayi mungil kesayangan ku dan mas Wildan, namun aku tidak tau apakah aku masih bisa membaca tulisan ini atau tidak pernah lagi. (sesaat setelahnya tangis Ruli pecah kembali). Jika aku ternyata memang sudah tidak lagi ada didunia ini, sangat besar harapanku kamu dengan ikhlas menerima permintaan ini, jagalah anak lelakiku! Rawatlah dia dengan kasih sayang penuh seperti ketika aku merasakan kasih sayang itu dari kamu.

Aku mungkin telah menjadi orangtua baru, namun saat dia lahir kecil kemungkinannya untuk bisa melihatnya tersenyum. Tidak ada lagi cinta tulus yang bisa kuberikan kepadanya, selain dengan menjadikanmu ibu sambung untuknya. Dia akan tumbuh menjadi anak baik yang menuruti setiap kata dan perilakumu. Cintaku padanya tak pernah berujung, namun kehidupanlah yang memilih untuk kami bertemu pada sebuah akhir. Saat ini, biarlah aku melihatnya dari surga, kuharap ia bahagia dengan memanggilmu “mama”.

Dengan perasaan bercampur aduk Ruli menangis sejadi-jadinya. Ia tak menyangka Lily sepercaya ini padanya, ia merasa tak akan sanggup menerima namun ia juga tak ingin terlihat sombong sebagai sahabat dengan menolak permintaan sahabatnya itu. Menjadi istri sambung Wildan yang baru diingatnya pernah dijodohkan oleh keluarganya, namun saat itu keduanya masih duduk dibangku SMP sehingga Ruli sulit untuk mengingatnya. Akan berstatus sebagai Ibu sambung untuk baby Lily, dia merasa juga butuh banyak persiapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun