Mohon tunggu...
Samaya Fitri
Samaya Fitri Mohon Tunggu... -

Perempuan yang gemar melukiskan perasaannya lewat tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Memilih Mati

16 Februari 2016   17:48 Diperbarui: 16 Februari 2016   18:31 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu setelah ini apa?

Perpisahan selamanya? Tak ada pertmuan lagi?

Itu artinya aku akan sendirian lagi?

 Aku akan sendirian lagi seperti ketika orang-orang yang mungkin bisa kusebut keluarga pergi, 

Iya 18 tahun yang lalu ketika aku tepat berumur 5 tahun, didepan mataku sendiri si brengsek yang kusebut ayah, menusuk dada ibuku dengan belatinya, sementara aku hanya bisa menyaksikan semua itu dengan ketakutan setengah mati. 

si brengsek itu dengan matanya yang serupa mataku menatapku tajam, seolah aku ini adalah mangsa berikutnya. Beruntung sebelum itu terjadi seorang tetangg  yang kebetulan lewat melihat kejadian itu dansegera menolongku, meski akhirnya dia harus menerima beberapa tikaman di tubuhnya sebelum para tetangga datang karena mendengar keributan. 

Besoknya ibuku dimakamkan. Aku hanya bisa duduk bersimpuh di samping makan ibu, tak ada air mata karena memang tak mengerti betul apa yang sedang terjadi. Aku hanya mendengar para tetangga yang ikut ke pemakaman berbisik-bisik tentang diriku. 

 Yang aku tahu waktu itu, aku sendirian, tak ada keluarga lain, karena ibuku memang sudah di usir dari keluarganya karena menikah dengan si brengsek yang memnag tak jelas asal-usulnya. Hanya sekilas yang aku tahu dari kepolisian yang menanganai kasus ini, si brengsek itu akan dikirim kenegara asalnya Austria untuk mendapat hukuman atas kejahatan-kejahatannya, karena ternyata dia adalah seorang kriminal yang selama ini dicari, dinegaranya 

Sedang aku, karena tidak ada kerabat yang bersedia menampung, otomatis  masuk kesebuah panti asuhan. Tinggal bersama anak-anak yang asing, sementara setiap malam kejadian itu selalu jadi mimpi-mimpi yang mengerikan, trauma itu membuatku tumbuh menjadi anak yang pendiam, aneh dan murung. Aku tak pernah mempercayai siapapun, karena aku selalu berfikir  entah dari belakang atau dari depan sekalipun mereka akan menikamku dengan belati-belati yang mereka bawa di tangan.Tak pernah membiarkan ada orang lain mendekatiku, karena belajar dari ibuku, justru orang yang kamu sayangilah yang paling mampu melukai bahkan menghancurkanmu. 

Sekarang, dengan bodohnya aku telah membiarkan Arka masuk ke hidupku. 

Kami masih saling berpagutan di atas sofa, bergelung penuh birahi. Oh lihat kurasa lelaki inipun sama brengseknya, bagaimana mungkin dia mengatakan lusa akan menikah dan sekarang masih bisa bercumbu denganku, menikmati tubuhku seperti biasa. Sialan! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun