Solusi bagi perpolitikan adalah memerangi riba; karenanya para pandir tidak akan memiliki kemampuan untuk memodali biaya politik pencitraan mereka. Tak akan kita lihat pembangunan dengan dibiayai utang demi pencapaian keberhasilan 5 tahunan.Â
Solusi bagi masalah sosial adalah memerangi riba; karena tanpa riba tak akan kita lihat kecepatan perkembangan teknologi yang melampaui kesiapan psikologi dan sosial masyarakat dalam menerima teknologi baru.
Solusi bagi peperangan adalah dengan memerangi riba; karenanya para penjajah tidak akan memiliki pinjaman modal untuk memproduksi senjata atau sekedar membayar para tentara.
Solusi bagi pendidikan adalah dengan memerangi riba; karenanya pendidikan akan kembali pada asasnya untuk menumbuhkembangkan siswa, bukan sekedar menyiapkan atau menseleksi calon pekerja.
Solusi bagi kemakmuran adalah dengan memerangi riba; karenanya manusia akan kembali pada kemakmuran yang hakiki dengan mengelola alam, bukan berspekulasi di tempat pialang saham yang hanya berorientasi keuntungan.
Bahkan solusi bagi hal-hal kecil adalah dengan memerangi riba; kemacetan, kerusakan alam, kemiskinan, semua masalah "modern" adalah produk riba.
Riba bukan sekedar maksiat nafsi-nafsi. Riba memiliki efek buruk yang besar pada kehidupan kita tanpa disadari. Perlahan namun pasti, riba telah membutakan banyak manusia.Â
Selama ini kita disodorkan solusi yang tidak tepat, kita kadang berharap dengan politik dapat mengikis ketimpangan, kita berharap dengan pendidikan dapat memperoleh kemakmuran, kita beranggapan dengan demonstrasi dapat mengakhiri peperangan, dsb. Tak salah, namun kurang tepat. Tanpa mengetahui riba secara utuh, Kita seperti seekor banteng yang menyerang target yang disiapkan matador tanpa pernah mengenai matador sebagai target sebenarnya.
"Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (QS. Al-Baqarah: 279)
Wallahua'lam bishshawab.
****