Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jangan Cari Pacar Seorang Penyair

23 Januari 2025   05:59 Diperbarui: 23 Januari 2025   05:59 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai hari ini aku masih kesal dengan kompasianer Felix Tani. Apa pasal? Felix telah meremukkan seremuk-remuknya kebanggaanku sebagai penulis puisi.

Ini bermula saat kami -- aku, Felix Tani, Budi Susilo, Arief F Saleh --- ngopi-ngopi sore di gardu ronda Gang Sapi. Pemantik cerita adalah Arief. Arief, yang seorang guru itu, merasa prihatin dengan berita seorang guru yang dilaporkan ke polisi gara-gara menegur salah seorang muridnya.

"Aku, waktu sekolah dulu," Felix menanggapi. "Sangat biasa dimarahi guru. Dilempar kapur tulis, penghapus, bahkan penggaris panjang. Memang tidak mengenai, tapi sudah cukup membuat kami takut dan segan kepada guru. Mengadu kepada orang tua? Malah ditambahi," cerita Felix bersemangat.

"Bukan itu saja," lanjut Felix. Gara-gara kepalaku sering kena lemparan kapur tulis, otakku jadi miring. Karena otakku miring itulah makanya aku bisa menulis puisi." Felix melirik ke arahku.

Aku tersedak, terbatuk-batuk. Kopi yang kuminum nyasar ke lubang hidung.

Semprul! Penulis puisi dibilang otaknya miring. Aku nggak terima.

***

Di rumah, kupikir-pikir ada benarnya juga apa yang diomongin Felix. Penyair itu dalam pergaulan antarsastrawan memang rada ngesok. Mereka selalu menganggap puisi adalah puncak dari sastra. Ditambah hasudan dari lirik dalam puisi Chairil Anwar: Yang bukan penyair tidak boleh ambil bagian.

Makanya setiap pertemuan para sastrawan, penyair pengennya mendominasi pembicaraan. Sok paling tahu soal sastra. Mereka juga yang menjadi panitianya, supaya romantis -- rokok makan gratis.

Tahu sendiri, memang laku buku-buku puisi itu? Kalau ada penyair yang menerbitkan puisi-puisinya, dari 50 yang dicetak barangkali hanya tersisa 5. Lima! Yang 45 dibagikan ke teman-temannya, gratis tis! Rugi bandar.

Balik judul di atas, jangan cari pacar seorang penyair. Ini tentu ditujukan kepada kaum cewek.
Bakal sakit gigi. Penyair itu nggak ada duitnya. Kamu dijamin jarang jajan. Memang lu mau setiap kencan cuma dibacain puisi?

Sementara teman-teman kamu di status WA, Instagram, Facebook, ada foto-foto nongkrong di kafe, nonton, makan enak. Kamu majang puisi yang nggak jelas dari pacarmu. Flexing kok puisi. Hadeuh!

Kalaupun ke bioskop paling cuma beli sekotak brondong jagung, dimakan berdua. Lihat! Ngomongnya brondong jagung. Coba kalau banyak duit pasti nyebutnya, pop corn.

Supaya tidak terjadi ada dusta di antara kita, aku sisipkan gambar dari Kompasiana.

Gambar tangkapan layar Kompasiana.com. Dokumen pribadi 
Gambar tangkapan layar Kompasiana.com. Dokumen pribadi 

Lihat gambar di atas. Itulah penghasilanku selama nyair hampir 6 tahun di Kompasiana. Jangan salah baca. Itu kurs dalam rupiah, bukan dollar. Dengan uang sebegitu memang bisa nyewa jet pribadi?

Jadi, Felix Tani menyebut "otak miring" itu untuk penghalus kata saja. Yang sebenarnya, penyair itu memang edan, ya?

Bukan itu saja. Dalam kehidupan sosial sehari-hari penyair itu sering dicurigai. Untuk mengurus SKCK di kantor kepolisian saja dipersulit, ditanya macam-macam. Disebut sebagai makhluk menyebalkan. Ini bukan hoaks. Ada ceritanya, baca: Cerita Pendek tentang Surat yang Tak Terlalu Panjang.

Sudah jelas, 'kan, kenapa aku menyarankan jangan cari pacar seorang penyair. Kalau sudah terlanjur pacar (atau suami) kamu seorang penyair, baca tipsnya di sini.

***

Dengan fakta-fakta tersebut, apakah aku mengakui kebenaran yang diungkapkan Felix Tani? Tentu saja tidak. Di mana rasa jiwa korsaku sesama penyair?

Gengsi!

***

Lebakwana, Januari 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun