Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cannabis Sativa, Hanya Sepenggal Cerita

3 Desember 2024   06:15 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:59 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kebetulan aku membawa barang cukup banyak. Tapi kita sampai tiga hari. Mau?" 

Kapan lagi? Aku langsung mengangguk. "Memang bawa apa?" tanyaku.

Bang Izal membawaku ke rumahnya. Di dalam kamarnya ada tas ransel lusuh, juga kardus. Ketika dibuka aku cukup terkejut. Terlihat bungkusan-bungkusan ukuran sedang -- mungkin sekitar 1 kg -- dengan kertas kopi coklat (ada juga yang menyebut kertas sampul buku). Itu pernah kulihat di televisi, saat polisi memamerkan hasil tangkapan mereka terhadap kelompok pengedar narkoba.

Aku memandang Bang Izal. "Ganja? Jadi selama ini Abang menjual ini?"

Bang Izal tertawa pelan. "Kau pikir selama ini aku punya banyak uang karena jual emas? Punya perusahaan? Anak pejabat?"

"Nggak takut ditangkap polisi?"

"Buktinya sampai hari ini aku aman-aman aja." Bang Izal terkekeh. "Tapi kita harus tetap hati-hati. Intinya, jangan percaya kepada siapa pun," lanjut Bang Izal.

"Barang ini ngambil dari mana?"

"Ada. Nanti juga kamu tahu. Tapi kalau kamu tipe lelaki penakut sebaiknya jangan."

Sempat ada rasa was-was. Akhirnya kuberanikan juga. Dan petualangan pun dimulai.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun