Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasianival 2024, Seorang Lansia Juga Punya Catatan

5 November 2024   16:29 Diperbarui: 5 November 2024   16:42 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini pertama kali saya menghadiri Kompasianival (yang jauh-jauh hari sudah saya niatkan), sebuah perayaan ulang tahun ke-16 Kompasiana, sekaligus pertemuan para penulis sejagat maya. Tahun kemarin pas saya menjadi salah satu nomine (dan menang) tidak dapat menghadirinya. Berangkat siang dari Serang dan sampai di Commune Space - Chillax Sudirman, tempat acara, sudah sore. Setelah registrasi saya melihat ke sekeliling, barangkali ada yang saya kenal.

Suasana begitu ramai. Ada yang duduk-duduk di kursi, ada pula yang lesehan.

Agak gugup, lansia seperti saya ditelan keriuhan anak-anak Gen Z. Untunglah sebelum pingsan berdiri saya disapa Kompasianer Fery Widiatmoko, dibawa menemui para kompasianer yang duduk-duduk di kursi sambil memerhatikan acara di panggung.

Bertemu Kompasianer Budi Susilo. Juga berkenalan dengan kompasianer yang lain. Ada Andriyanto, Billy, Jandris, Jujun Junaedi, Irvan Syafari, Erry Yulia Siahaan, Novia Respati, Edward Horas, dan lainnya saya lupa.

Melihat ke arah panggung. Ada narasumber yang berbicara; selintas berbicara soal perkeretaapian. Suara di dalam bergema, kurang jelas. Juga saat tampil Ratih Kumala (pengarang novel Gadis Kretek) dan sutradara film Budi Pekerti, Wregas Bhanuteja.

Saya pindah duduk lesehan, melihat ke panggung utama. Tetap saja perhatian saya terpecah melihat lalu-lalang para kompasianer, booth-booth yang mengelilingi ruangan, perbincangan sekelompok-sekolompok. Sekilas tertangkap bagaimana Wregas Bhanuteja menerangkan cara pengambilan adegan dengan memerhatikan bantuan cahaya untuk memperkuat karakter pemain.

Juga Ratih Kumala. Dia menanyakan, "Apa di sini ada yang suka menulis?" Apa dia kurang paham kalau dia berada di tengah pesta para penulis?

Barangkali ke depannya acara semacam ini tidak dilakukan di panggung utama. Lihat saja acara sekelas Piala Oscar (cailah, Oscar cuyy), atau FFI. Atau penghargaan insan musik. Panggung utama pure hiburan, dan puncaknya pengumuman siapa-siapa yang terbaik. Takada tuh tutorial bagaimana cara akting yang baik, bagaimana membuat lagu, dan sebagainya.

Di lesehan ini saya bertemu Ari Budiyanti, Tutut Setyorinie, Dina Amalia, Joko Widiatmoko. Dan ...! Hey, itu 'kan Wida Karina?

Saya menghampirinya, mengenalkan diri. Seperti kita ketahui Gen Z saat ini banyak yang desperate soal kerja. Saya yang sudah lansia tentu harus lebih pandai-pandai bagaimana memecah buih di atas gelombang. Maka perlu "merayu" ordal semacam Wida agar nanti saat saya menayangkan puisi atau cerpen langsung HL. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun