Pada bab yang saya tulis (Bab 16), saya menceritakan petualangan Craen Mark bersama anak asuhnya, Mike Schulz , di Hamburg. Di akhir bab saya menyeret plot dengan setting Indonesia.
Selain itu, menurut saya, novel ini sangat filmis. Bagian-bagian adegan, alur cerita, juga deskripsi latar sangat memesona bila dialihkan dalam bahasa gambar. Saya membayangkan, hmm, Quentin Tarantino (saya terkesan dengan film Pulp Fiction; gaya bertutur dengan bingkai-bingkai cerita). Kalau di Indonesia, mungkin, Joko Anwar. Menghayal tidak dilarang, bukan?
***
Lebakwana, Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H