Langkah Felix terhenti. Ia tertegun-tegun di pintu masuk toilet. Pintu itu dihalangi besi-besi seperti kita akan memasuki stasiun kereta, yang -- mengutip Felix -- namanya tripod turnstile. Astaga, untuk urusan kencing pun mempunyai nama pintu yang aneh (Felix menulis, keren). Tapi, tidak selesai sampai di situ. Agar pintu itu terbuka harus menggunakan barcode.Â
"Boleh bayar pake QRIS atau uang tunai lima ribu," kata nona penjaga yang manis.
Tuhan, ampunilah orang-orang kota ini. Untuk urusan kencing pun mereka begitu tersiksa. Bagaimana kalau tidak ada uang tunai dan QRIS-nya mengalami kendala? Bendungan keburu jebol dan terjadi banjir bandang, tauk!
Toilet semacam ini juga akan membuat gusar orang-orang yang mengarang buku Pelajaran Bahasa Indonesia, Bab Peribahasa. Apa kita tidak kasihan kalau mereka mengubahnya menjadi, "Guru kencing berdiri, murid kencing pake QRIS."
OMG! Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â (Baca: Oh-em-ji; Oh, my God; Oh-em-ge; terserah pilih mana yang disukai).
"Tapi toilet ini dibuat perusahaan start up Swiss," Felix setengah kagum. Setengahnya lagi Felix mempertanyakan kenapa bukan perusahaan rintisan Indonesia yang memeloporinya.
Felix yang sudah kencing di 22 provinsi ini merasakan sensasi yang agak laen saat kencing di toilet BSD itu. Ruangan ber-AC, wangi, beda jauh dengan ritual kencing yang dialaminya selama ini.
Aku kutip apa yang dirasakan Felix saat itu:
"Sungguh, itu suatu peristiwa kencing yang amat puitis. Rasanya ingin sedikit berlama-lama di situ menikmati puisi dalam lakon kencing itu."
Terus terang, Â aku yang biasa menulis puisi receh langsung tersedak membaca penggambaran Felix soal kencing bermartabat itu. Hey, dia bilang itu seperti menikmati puisi? Sakit hati! Ah, kamu tentu lebih mengerti perasaanku 'kan, Beib?
Dan kepalaku makin berdenyut ketika artikel "kencing bermartabat" itu diganjar menjadi Artikel Utama oleh Admin. Aku langsung buru-buru ke warung sebelah minta obat Paracetamol. "Catat aja dulu, gabung dengan rokok yang diambil pagi tadi," kataku kepada ibu penjaga warung.
Cukuplah. Oh, ya, aku ingatkan lagi, Felix Tani sudah kencing di 22 provinsi.