Ini bukan hanya soal dirimu, tapi tentang kita. Bicara "kita" tentu aku terlibat di dalamnya.
Begini.
Tiba-tiba saja aku ingin meniru orang-orang dahulu kala, mengirimkan surat dalam botol. Lalu kularungkan ke tengah laut. Ombak mengombang-ambingkan, membawa hingga ke sebuah daratan. Sebuah tempat yang takada dalam peta.
Seseorang, kuharap dirimu, menemukannya. Kamu tersenyum membacanya. Membalas lewat pos:Â "Telah kubaca kata-kata, terlalu banyak kalimat yang kemarau. Datanglah! Di sini mungkin kita dapat menciptakan hujan."
Aku datang? Tentu tidak. Karena kita hidup pada hari ini, di mana zaman menyatukan laut, daratan, dan langit dalam genggaman. Bertemu dengan seseorang, secepat ia datang secepat itu pula ia menghilang. Tidak menjadi siapa-siapa. Atau, barangkali, bisa menjadi sepasang kekasih.
Dan dirimu.
Kita berhadap-hadapan dalam sebuah panggilan video. Pagi ini.
"Rambutmu kusut," kataku.
"Ya, baru bangun tidur." Kamu nyengir. Ah, kamu tetap saja terlihat manis. "Kamu, kamu masuk pagi?" katamu lagi.
"Ya."