Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berani Menulis Cerita Anak?

10 Maret 2024   11:03 Diperbarui: 10 Maret 2024   11:05 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita anak. Gambar oleh Betidraws/ Pixabay

Cerita-cerita penuh keajaiban, fantasi, petualangan, yang memang disukai anak-anak. Umumnya berakhir bahagia (happy ending).

Jangan keliru, ada cerita yang  tokohnya anak-anak tapi tidak cocok untuk anak-anak. Contohnya, novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Andrea Hirata dalam novel itu bercerita dengan alur flashback (kilas balik). Tokoh Ikal dewasa menceritakan masa kecilnya. Tentu dengan penceritaan dengan sudut pandang orang dewasa.

Saya kutipkan.

"... Lintang seumpama bintang dalam rasi Cassiopeia yang meledak dini hari ketika menyentuh atmosfer. Ketika orang-orang masih lelap tertidur. Cahaya ledakannya menerangi langit angkasa, memberi terang bagi kecemerlangan pikiran tanpa seorang pun tahu, tanpa ada yang peduli ..." (Laskar Pelangi; hal. 431).

Perhatikan narasi di atas. Andrea Hirata, lewat tokoh Ikal,  menggambarkan kecerdasan Lintang dengan metafora yang aneh, tinggi, yang rasanya sulit dijangkau pikiran anak-anak.

Namun, ketika novel itu diadaptasi menjadi sebuah film ia juga bisa dinikmati oleh anak-anak. Karena kekuatan film ada pada dialog, gambar-gambar, yang relatif mudah dipahami anak-anak.

Contoh lainnya adalah cerpen "Pelajaran Mengarang" karangan Seno Gumira Ajidarma. Cerpen itu menceritakan seorang anak kelas V SD bernama Sandra. Sandra kebingungan saat sang guru kelas menyuruh murid-muridnya mengarang dengan pilihan tema: Ke rumah nenek, keluarga bahagia, dan ibu.

Seno melukiskan kegundahan Sandra dan kebingungannya menuangkan tulisan. Sedang teman-teman Sandra begitu antusias dalam mengarang. Sandra, tidak. Yang dipikirkan Sandra adalah tentang seorang perempuan tua ber-make up tebal, dan lelaki yang berbeda setiap memasuki kamar ibunya. Ibunya sering mengucapkan serapah, "Anak setan, anak jadah." Itu yang disebut keluarga bahagia?

Waktu habis. Sandra buru-buru menulis judul "Ibu", dan di bawahnya sebuah kalimat pendek.

Sang guru kelas, di rumahnya, tersenyum saat memeriksa karangan murid-muridnya. Ia menyimpulkan bahwa murid-muridnya mengalami hidup yang menggembirakan, bahagia. Sayangnya sang guru belum sempat membaca karangan Sandra. Sandra hanya menulis kalimat pendek: Ibuku seorang pelacur.

Anak setan, anak jadah, pelacur, bukanlah diksi-diksi dalam keseharian anak-anak. Meskipun tokoh cerpen ini anak kelas V SD, tentu pengarang tak bermaksud untuk cerita anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun