Teriakan. Jeritan kesakitan. Dan, "Klik!" Peluruku habis.
Toilet!
Tapi kemudian tubuhku sedikit tersentak. Sesuatu menembus bahuku. Fhuih! Darah bercucuran. Aku harus cepat. Kuhancurkan cermin yang menempel di dinding. Rupanya ada ruang kecil di baliknya. Pistol!
Tanpa ampun pistolku berdentam. Dua orang jatuh di pintu toilet. Kulihat tanda "X" di dinding. Itu dia!
Melemparkan granat yang tersisa, aku langsung tiarap. Ledakan keras, menimbulkan asap hitam dan dinding yang menganga. Cukup untuk satu tubuh manusia.
Aku berlari keluar. Sambil menahan sakit di pundak aku menyusuri gang kecil. Bertemu jalan besar. Kulihat di sana mobil Komandan.
Begitu masuk langsung kutodongkan pistol ke arahnya. Tak peduli darah membasahi jok mobil. "Apa maksud kalian sebenarnya?" Napasku memburu.
Lelaki itu tenang. Melihat jam, "Waktumu sembilan belas menit. Kau lulus!"
***
Aku melihat beberapa foto di atas meja.
"Namanya, Felix. Seorang gembong narkoba paling berbahaya. Selalu lolos setiap penyergapan oleh pihak kepolisian. Kini pihak intelijen negara meminta bantuan kita untuk menghabisi mereka," suara Komandan.