Aku tercenung sebentar. Baru selangkah Komandan keluar dari pintu, perlahan aku mengikat dua granat itu di paha, di balik rokku. Perlahan memasang magasin pada pistol. Perlahan pula aku menaiki tangga.
Di lantai dua terlihat beberapa lelaki berbincang santai. Saat ada seorang perempuan dengan rok mini menghampiri, mereka menatap nakal. Juga lelaki yang berkaos polo itu. Tapi matanya langsung membelalak saat tanganku mengacungkan pistol ke arahnya. Ia langsung terhenyak ketika terdengar ledakan, kilatan berapi, dan sesuatu merobek dadanya. Dua kali cukup.
Gaduh!
Tanpa membuang waktu aku langsung memberondong mereka dengan peluru. Mereka panik, tak menyangka diserang secara mendadak. Oleh seorang perempuan, lagi.
Ada bayangan di belakangku bergerak, mengangkat kursi siap dihantamkan. Tanpa berbalik aku menarik picu. Orang itu terjengkang. Aku merebut kursinya dan menghantamkan kepada orang di depanku. Suara berderak! Aku tak memikirkan lagi, kaki kursi yang parah atau tulang penyerangku.
Dari bawah orang-orang berlarian menaiki tangga, dengan menggenggam pistol. Gerakan mereka terhenti, karena granat yang kulemparkan melambungkan tubuh mereka.
Sambil menghamburkan peluru aku berlari. Pot Bunga! Pot itu kutendang. Isinya berserakan. Tersembul sebuah pistol. Aku bergulingan. Seseorang meloncat menggenggam senjata tajam. Aku meraih pistol dalam pot, langsung berbalik.
"Dor!" Peluruku menembus lehernya. Brengsek! Penyerang itu jatuh menindih tubuhku. Kuhadiahi satu lagi peluru di lambungnya.
Aku bangkit. Kulihat ke bawah. Ketinggian sekitar empat meter. Ah, kecil! Sudah biasa dalam latihan. Aku pun melompat. Tepat berdiri di atas meja. Seraya berputar 360, sekali lagi kuhamburkan peluru.