Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Musim Kampanye

1 Desember 2023   04:50 Diperbarui: 1 Desember 2023   05:11 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota bertamu ke rumahku
Lewat perempuan
yang matanya lebam
Ingin memecahkan batu
Justru itu membuat harapan ngilu
Sajak-sajak luka di perempatan jalan
Dari seorang berpakaian badut
Berusaha sembunyikan hujan
Lewat wajah dengan tebal riasan
Dan tubuh-tubuh perak
Diam batu
Menengadahkan rindu

Pada waktu yang lain
Desa ada di beranda rumahku
Lewat gemetar di tubuh petani
Menitipkan cemas
Anak-anaknya yang pergi
Orang-orang kota yang menghampiri
Sawah ladang lepas
Menjadi tonggak-tonggak industri

Kini musim kampanye
Tumbuh liar kata-kata mabuk
Di pintu subuh
Berharap ada yang mengetuk
Satu keluarga berbagi
Ayah-ibu memilih ragu
Dua anak bingung tak tentu
Sudah menerima lima kilogram beras
Hingga berlumut
Lima tahun janji

Seorang anak muda ngakak
Seorang lagi muak
Kota-desa menjadi bungkuk
Dibebani banyak baliho
Juga spanduk
Tak tahu itu gambar siapa
Mengirimkan isyarat cinta
Atau cara mengelabui
Yang paling paripurna
Besok mungkin ia membuat cerita
Atau, barangkali, malah menjadi bahan
kata-kata

Kita linglung
Menjadi desa atau bagian kota
Atau di antara keduanya
Atau hanya sebagai pembaca

Atau pura-pura buta aksara

***

Lebakwana, November 2023.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun