Kota bertamu ke rumahku
Lewat perempuan
yang matanya lebam
Ingin memecahkan batu
Justru itu membuat harapan ngilu
Sajak-sajak luka di perempatan jalan
Dari seorang berpakaian badut
Berusaha sembunyikan hujan
Lewat wajah dengan tebal riasan
Dan tubuh-tubuh perak
Diam batu
Menengadahkan rindu
Pada waktu yang lain
Desa ada di beranda rumahku
Lewat gemetar di tubuh petani
Menitipkan cemas
Anak-anaknya yang pergi
Orang-orang kota yang menghampiri
Sawah ladang lepas
Menjadi tonggak-tonggak industri
Kini musim kampanye
Tumbuh liar kata-kata mabuk
Di pintu subuh
Berharap ada yang mengetuk
Satu keluarga berbagi
Ayah-ibu memilih ragu
Dua anak bingung tak tentu
Sudah menerima lima kilogram beras
Hingga berlumut
Lima tahun janji
Seorang anak muda ngakak
Seorang lagi muak
Kota-desa menjadi bungkuk
Dibebani banyak baliho
Juga spanduk
Tak tahu itu gambar siapa
Mengirimkan isyarat cinta
Atau cara mengelabui
Yang paling paripurna
Besok mungkin ia membuat cerita
Atau, barangkali, malah menjadi bahan
kata-kata
Kita linglung
Menjadi desa atau bagian kota
Atau di antara keduanya
Atau hanya sebagai pembaca
Atau pura-pura buta aksara
***
Lebakwana, November 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H