Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kalau Pilpres Hari Ini Tokoh Kita Akan Memenangkan Suara 61,7%

7 Agustus 2023   16:31 Diperbarui: 7 Agustus 2023   19:44 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Prabowo Subianto. Sumber: KOMPAS.com

Pertama, maaf, angka judul di atas salah. Seharusnya 76,1%.

Namun, boleh jadi angka itu juga keliru. Menurut survei bayaran, Tokoh Kita bisa meraup suara mendekati 90%. Serius, ini tidak main-main!

Tokoh Kita ini sebenarnya tidak masuk radar bakal calon Presiden. Tapi berkat pencitraan yang masif oleh berbagai lembaga survei (yang dibayar), Tokoh Kita akhirnya masuk juga tiga besar yang elektabilitasnya tinggi.

Awalnya, pura-pura, masuk sepuluh besar dulu. Lalu meningkat 7-besar. Supaya kelihatan benar-benar ada survei, untuk beberapa bulan stagnan. Akhirnya memuncak masuk tiga besar. 

Selain itu tulisan mengenai Tokoh Kita bertebaran di media sosial. Tentu tentang hal-hal yang positif. Ini memang kesengajaan yang direncanakan.

Jadi, bila pilpres hari ini Tokoh Kita akan menang telak. 

Kemunculan Tokoh Kita memang fenomenal. Cara berpikirnya terkesan ngawur. Ada yang menyebut, tak bersopan-santun.

Tokoh Kita berdalih, melontarkan pikiran tak perlu ada sopan-santun. Dengan demikian ada pertengkaran pikiran. Tentu dengan argumen, bukan sentimen *). Tokoh Kita menyebut cara berpikir kenthir.

Baca juga: Belajar Lupa

Tak heran tema kampanyenya adalah memasyarakatkan kenthir dan mengenthirkan masyarakat. Diakhiri dengan tagline: "Saya kenthir, saya Indonesia!"

Jangan main-main dengan tagline ini. Ini semacam mengirimkan pesan ancaman, jangan coba-coba mengaku Indonesia kalau tidak kenthir.

Pesan ini juga sebagai modal kalau nanti Tokoh Kita berkuasa. Sebagai alat penggebuk kepada orang-orang yang berani mengritik pemerintah. Mereka akan dilabeli sebagai kelompok anti-kenthir.

Siapa Tokoh Kita ini? Siapa lagi kalau bukan Felix Tani.

Felix Tani memenangkan pertarungan, karena ia dibantu Kompasianer Acek Rudy sebagai Ketua Tim Pemenangan Pemilu. Acek Rudy mempunyai Program BLOK (Bantuan Langsung Obat Kuwat). Target pemilih adalah para lelaki.

Tahu sendiri, lelaki sekarang banyak terkena -- apa yang disebut -- Syndrome Pelthu (baru nempel methu). Maklum, karena mereka pada masa mudanya keseringan job training di kamar mandi.

Nah, Acek Rudy memberi tips cespleng berupa obat kuwat racikannya sendiri. Obat ini bila digunakan bisa "on" selama 12 jam (itu, lho, kayak iklan yang nyelip di Kompasiana).

Kompasianer Jepe Jepe (bukan Jepe pribadi) dapat dijadikan tandem. Pengalaman blusukannya di berbagai sex shop dapat dipetik hikmahnya. Hikmah opo?

Selain itu kenapa Felix Tani bisa memenangkan pertarungan bila pilpres hari ini, karena ia juga mendapat kucuran dana tak terbatas dari oligarki. Mereka adalah 9 pedagang buah naga.

***

Sikap Kompasiana.
Bagaimana sikap Kompasiana? Apakah akan mendukung Felix Tani?

Ngapain mendukung orang yang sering merisak Kompasiana. Jangan heran kalau artikel-artikel yang mendukung Felix Tani cepat ditenggelamkan. Pun, patut diduga Felix mengusung politik anti-identitas. Lihat saja akunnya, takada foto profilnya.

Felix Tani perlu diingatkan. Sebuah kontestasi politik bukan hanya mengedepankan strategi adu kuat, tapi juga seni bernegosiasi. Maka sesekali ajaklah Nurullah, Kepala Suku Kompasiana, ngopi-ngopi cantik di Kafe Gang Sapi. 

Nanti kan Kompasiana nggak enak hati dengan Felix. Akhirnya diharapkan Kompasiana membuat  Topik Pilihan tentang Felix. Nggak seperti bacapres sebelah, yang nggak ada Topik Pilihannya.

***

Bagaimana dengan sikap saya?

Apakah saya berharap dipilih menjadi komisaris salah satu BUMN? Atau wakil menteri? 

Nggak. Bukan itu!

Menjadi Menteri Luar Negeri, barangkali?

Ini lebih celaka!

Pertama, saya tidak bisa berbahasa Inggris. Aneh saja Menteri Luar Negeri tidak bisa berbahasa Inggris. Bukankah amat lucu bila suatu saat nanti saya bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, dan berkata, "What's your name?" (Hu-um, Beib, cuma itu pelajaran Bahasa Inggris yang saya ingat).

Makanya saya minder kalau pergi ke London (kayak pernah ke sana aja). Konon di London, anak-anak TK sudah lancar berbahasa Inggris.

Hal kedua, ini perlu diketahui, DNA yang membentuk tubuh saya adalah DNA Kaki Lima. Metabolisme tubuh saya akan bekerja otomatis bila melihat keramaian.

Dapat dibayangkan, saya -- sebagai Menteri Luar Negeri -- berpidato di depan Sidang Umum PBB. Melihat keramaian naluri kaki lima saya muncul: Ini bisa jadi duit!

Saya menggelar lapak dagangan.

Glodok - Jatinegara
Tanah Abang - Pasar Pagi
Terpelojok Anda belanja
Lempar barang uang kembali

Hancur lebur Kota Paris
Biar hancur asal laris

Nah, dapat dibayangkan! Tentu saya akan dirujak warganet +62. Saya juga, tentu, harus menjaga marwah Presiden.

Apa saya tidak mengharapkan apa pun?

Tentu saja ada. Dalam politik tidak ada es cendol yang gratis.

Sebagai pebisnis -- walau cuma kelas kaki lima -- tentu saya punya kepentingan. Cuma perlu diingatkan juga kepada seluruh capres: bagi pebisnis tidak penting siapa yang menjadi Presiden, tapi seberapa penting Presiden terpilih mementingkan kepentingan pebisnis.

Saya juga. Saya akan memanfaatkan nepotisme ini. Jadi bila suatu saat ada petugas Satpol PP akan menggaruk gerobak dagangan saya, saya punya daya gertak: "Lu nggak tahu gua temennya Presiden?!"

***
Referensi: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Lebakwana, Agustus 2024

Catatan.
* Sampai artikel ini dibuat belum ada keterangan pers dari Felix Tani, apakah ia setelah terpilih nanti menjadi Presiden akan menarik seorang -- atau beberapa -- dari admin Kompasiana menjadi menterinya.

* Kalau kamu klik nomer-nomer pada referensi, percayalah, kamu takkan terhubung dengan link mana pun. Itu gaya-gayaan saja. Biar saya dituduh agak pinter, gitu, loh.

* *) Ungkapan yang sering dilontarkan Rocky Gerung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun