Jangan salah pula. Melakukan kebajikan tidak musti selalu kepada manusia. Ia bisa terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan, atau alam sekitar.
Bila kita tidak bisa memeliharanya, atau menjaganya, Â setidaknya kita tidak termasuk kelompok yang menganiaya hewan maupun yang merusak lingkungan.
Semua itu bisa dilakukan bila ada pembiasaan sejak usia dini. Hingga saat dewasa bisa menjadi gaya hidup. Kita nanti akan mudah berempati terhadap orang-orang atau lingkungan sekitar yang memerlukan pertolongan. Â
Ke depannya kita tidak akan tahu apa yang terjadi pada kita. Apa kita masih yakin esok masih sehat, masih ada kecukupan harta? Â Selagi ada kesempatan -- entah waktu luang, tenaga, pikiran, atau uang -- jangan pernah berhenti menabur kebajikan-kebajikan. Intinya, seperti di awal tulisan, mau atau tidak.
Perubahan itu pasti, menabur kebajikan harga mati. Menyitir sebuah hadist: "Banyak-banyaklah berbuat kebajikan -- apa pun, kepada siapa pun -- karena kita tidak tahu, kebajikan mana yang pernah kita lakukan yang mengantar kita ke surga."
***
Lebakwana, Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H